JAKARTA, KOMPAS.com — Pada Senin (25/4/2016) sore, Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi mengirimkan surat pengunduran diri ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD) secara tiba-tiba.
Surat pengunduran diri tersebut merupakan kelanjutan perseteruan Rustam dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang semakin memanas.
"BKD sudah terima tembusannya. Cuma tidak disebut alasannya, jadi mundur saja," kata Agus saat dihubungi, Senin (25/4/2016) malam.
Mundurnya Rustam pun menambah panjang daftar pejabat DKI yang mundur di era Ahok.
(Baca: Mundur dari Jabatan Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi Akan Jadi Staf)
Sebelum Rustam, ada dua pejabat eselon II yang mundur dari jabatannya.
Mereka adalah Haris Pindratno yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI dan Tri Djoko Sri Margianto dari jabatan Kepala Dinas Tata Air DKI.
Sampai Maret 2015, 15 pejabat eselon IV Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga sudah mengajukan surat pengunduran diri dari jabatannya kepada BKD DKI.
Mundur karena Ahok?
Permasalahan Rustam mencuat ketika ia menuliskan keluhannya secara terbuka di Facebook tentang gaya kepemimpinan Ahok.
Keluhannya itu muncul setelah Ahok menyebut Rustam bersekongkol dengan salah satu bakal calon gubernur Jakarta, yaitu Yusril Ihza Mahendra.
Menurut Rustam, tudingan itu menyakitkan dan tidak dia harapkan keluar dari mulut pemimpinnya.
(Baca: Ahok: Rustam Effendi Berpolitik, Bilang Sakit Hati Segala Macam)
Belakangan, Ahok mengatakan bahwa pernyataan yang menyindir Rustam itu hanya bercanda.
Sebab, menurut Ahok, Rustam tidak mau segera menertibkan permukiman ilegal yang berada di sepanjang kolong Tol Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
Pernyataan itu juga dilontarkan Ahok terkait dengan penanganan banjir di kawasan Ancol pada Kamis pekan lalu.
Mengacu kepada curhatan Rustam tersebut, Ahok pun menekankan bahwa apa yang diperbuat Rustam sudah berbau politik yang membentuk opini untuk menjelekkan Ahok.
Ahok bahkan mengeluarkan manuver mengenai geng golf Rustam Effendi yang tidak berkaitan dengan permasalahan awal.
(Baca: Ahok Ungkap Adanya Geng Golf Pejabat DKI yang Diikuti Wali Kota Rustam Effendi)
Kepala BKD Agus Suradika sudah membenarkan kabar mundurnya Rustam. Namun, ia mengatakan bahwa Rustam tidak menyebutkan alasan pengunduran dirinya.
Dua pejabat eselon II yang mundur juga tidak mengatakan bahwa alasannya mundur adalah karena Ahok.
Haris, misalnya, ia mengaku ingin pensiun dini karena masalah kesehatan ketika mengundurkan diri.
Saat masih memimpin Kepala Dinas Perindustrian dan Energi DKI, Haris sering kena tegur Ahok.
Salah satunya karena SKPD yang dipimpinnya itu tidak mengganti lampu penerangan jalan umum (PJU) dengan lampu LED.
Sementara itu, Tri Djoko mengakui bahwa dia sering berbeda pendapat dengan Ahok, khususnya terkait penanganan banjir.
Menurut Tri Djoko, Ahok melihat permasalahan banjir sebagai sesuatu yang mudah. Padahal, menurut dia, penyelesaiannya tidak semudah yang diucapkan Ahok.
Tri pun memilih mundur saja karena usianya juga sudah memasuki usia pensiun.
"Kalau pola pandangnya beda, buat apa lagi? Toh saya juga sudah waktunya (pensiun), ngapain lagi capek-capek," ujar Tri ketika itu.
(Baca: Senyum Lega Tri Djoko "Lepas" dari Ahok)
Setelah Rustam, Haris, dan Tri akankah ada pejabat eselon II lain yang menyusul mengundurkan diri?