JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Yuliandre Darwis, mengatakan, perilaku menonton video pornografi di Youtube yang dilakukan 14 pemuda pemerkosa dan pembunuh siswi SMP, Yn (14), di Bengkulu, menunjukkan bahwa media sangat memengaruhi perilaku masyarakat.
Informasi di media, khususnya media baru, yang tidak disaring dapat memicu seseorang melakukan tindakan yang dilihatnya.
"Daulat negara ini sedang dipertaruhkan dengan informasi. Dengan transisi informasi seolah-olah kita hanya sebagai user. Saat ini media baru sudah menjadi sesuatu yang menjadi kewajiban. Konten asing tidak bisa di-filter," kata Yuliandre dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (7/5/2016).
Untuk menyeimbangkan konten media baru yang tidak dapat disaring, kata Yuliandre, media massa lokal harus berperan aktif mengedukasi masyarakat.
"Media lokal harus berperan. Jadikanlah media ini menjadi cyber teacher. Arus informasi tanpa filterisasi seolah menjadi sudah biasa, seolah masyarakat sudah cerdas," ujarnya. (Baca: Komnas PA: Cari Akar Masalah Kekerasan Seksual pada Anak!)
Selain itu, pemerintah, lembaga, maupun masyarakat, harus dapat membalikkan dampak negatif yang diberikan media baru menjadi dampak yang positif dan bermanfaat. Pesan-pesan yang positif dapat disebarluaskan melalui media baru tersebut.
"Kita punya masalah dengan konten negatif, tapi kita balik sebarkan pesan-pesan yang positif. Kita melihat bahwa orang-orang bisa men-download dan menyebarkannya. Jadi orang tidak punya akses juga bisa mengetahui (pesan tersebut)," tutur Yuliandre.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.