Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kesalahpahaman Antara Ahmad Dhani dan Kapolda Metro Jaya Berujung dengan Pelukan

Kompas.com - 07/06/2016, 07:35 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Musisi Ahmad Dhani mendatangi Mapolda Metro Jaya, Senin (6/6/2016). Kali ini, ia tak didampingi aktivis perempuan, Ratna Sarumpaet, seperti beberapa waktu sebelumnya.

Dhani ditemani tim Advokat Cinta Tanah Air. Pentolan grup band Dewa 19 itu mendatangi Mapolda Metro Jaya untuk menemui langsung Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Moechgiyarto.

Dhani bersikukuh menemui Moechgiyarto untuk mengonfirmasi isu yang beredar bahwa dirinya akan dipidanakan terkait aksi unjuk rasa "Panggung Rakyat Tangkap Ahok" di gedung lama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang gagal pada Kamis lalu.

Malam sebelum kedatangannya, Dhani sempat berkicau di Twitter. Dalam kicauannya, dia meminta Moechgiyarto jangan ke mana-mana saat dirinya mendatangi Mapolda Metro Jaya.

"Besok Senen jam 10.00 WIB sy akan ke Polda Metro Jaya, cari Kapolda yg katanya mau mempidanakan AhmadDhani.Tlg info ke Kapolda spy jgn kmn2," tulisnya dalam akunnya @AHMADDHANIPRAST, Minggu.

Dhani tidak takut jika dipidanakan. Ia bahkan menantang polisi untuk menangkapnya secara langsung.

"Utk Kapolda Metro Jaya...kalo mau mempidanakan saya ga usah ngoceh2...langsung tangkap saja...saya tunggu di mana saja...kapan saja," tulisnya.

Dhani tiba di Mapolda Metro Jaya pada sekitar pukul 10.30 WIB. Ia berniat langsung menemui Moechgiyarto saat itu. Namun, Dhani disuruh menunggu. Soalnya, Moechgiyarto kala itu sedang memimpin rapat bersama jajarannya.

"Saya enggak apa-apa, tunggu saja. Saya harus ketemu Kapolda, saya mau tanya kenapa," kata Dhani.

Setelah menunggu beberapa saat, Dhani akhirnya bertemu Moechgiyarto. Setelah pertemuan selesai, saat keluar dari Gedung Utama Polda Metro Jaya bersama Moechgiyarto, Dhani berjabat tangan dan berpelukan dengan Moechgiyarto di depan awak media.

Dhani mengatakan, telah terjadi salah tafsir dari media yang memberitakan bahwa Kapolda Metro Jaya akan memidanakannya. "Jadi, sudah terjadi distorsi berita. Pak Kapolda membicarakan yang bersangkutan itu siapa? Tetapi, di dalam YouTube itu adalah Ahmad Dhani," ucap Dhani.

Menurut dia, ucapan Moechgiyarto itu bukan ditujukan kepadanya, melainkan untuk penanggung jawab aksi demo tersebut.

Pernyataan Dhani diamini Moechgiyarto. Ia mengungkapkan kesalahpahaman dengan Dhani sudah selesai. "Sudah selesai, tidak ada masalah (dengan Ahmad Dhani)," ujar Moechgiyarto.

Moechgiyarto menjelaskan, saat itu dirinya mengatakan akan menindak penanggung jawab aksi unjuk rasa apabila masih ngotot untuk tetap menggelar panggung walaupun sudah diperingatkan bahwa hal itu bisa dipidanakan. Menurut Moechgiyarto, saat itu dia tidak menyebut bahwa Dhani yang akan dipidanakan atas aksi tersebut.

"Di situ saya sampaikan bahwa jika sudah diingatkan tidak melaksanakan, ngotot, bisa dipidana," ucapnya.

"Jadi, dipelintirlah oleh media bahwa Kapolda ingin memidanakan Mas Dhani. Saya enggak pernah ngomong itu," lanjutnya.

Dhani lalu mengatakan bahwa pemberitaan yang salah itu merupakan fitnah baginya. Menurut dia, banyak orang yang takut kepadanya. Karena itulah, mereka menyebarkan fitnah tentangnya.

Karena merasa permasalahan dengan Moechgiyarto telah selesai, Dhani pun mengaku akan kembali menggelar aksi unjuk rasa di gedung lama KPK dalam waktu dekat. Tema unjuk rasa tersebut pun masih sama seperti aksi yang gagal beberapa waktu lalu.

Dia mendesak KPK agar segera menangkap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

"Rencananya (akan gelar unjuk rasa lagi). Tetapi, saya mau meeting dulu. Nanti saya kabari," kata Dhani.

Terkait rencana aksi unjuk rasa itu, Dhani mengatakan akan meminta izin kepada polisi langsung atas namanya. Dia mengaku izin untuk aksi yang gagal Kamis lalu itu bukan atas nama dirinya.

Dhani berharap agar kali ini pihak kepolisian memberikan izin untuk melakukan unjuk rasa serta pertunjukan musik di depan Gedung KPK.

"Izin keramaian di polisi, tetapi izin mengadakan konser tetap di KPK karena dalam gedung. Kalau sudah dapat izin, enggak masalah," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Dhani juga berujar bahwa dirinya lebih baik berunjuk rasa daripada menjadi bakal calon gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Ia mengaku telah gagal menjadi bakal calon gubernur DKI.

"Kalau saya sudah pasti gagal menjadi cagub. Masa cagub demo. Ya tetapi saya lebih memilih demo daripada menjadi cagub," kata Dhani.

Dhani membantah bahwa dirinya menggelar aksi unjuk rasa dengan tuntutan menangkap Ahok demi mencari sensasi.

"Kenapa Yusril (Izha Mahendra) enggak demo, Sandiaga (Uno) enggak demo, atau cagub lain enggak demo? Menurut mereka, aksi ini bukan aksi produktif. Nah, saya memilih tidak apa-apa tidak jadi cagub, yang penting demo," kata Dhani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com