Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Jakarta Tidak Boleh Kalah dari Kota-kota Negara Tetangga!

Kompas.com - 22/06/2016, 19:18 WIB

Sebagai ibu kota negara besar, Jakarta harus bisa bersanding dan bersaing dengan kota-kota besar lain di dunia. Dalam lingkup regional, Jakarta tidak boleh kalah dari kota-kota besar di kawasan ini, seperti Kuala Lumpur atau Singapura.

Untuk mewujudkan itu, Jakarta harus tumbuh lebih baik dan tertata.  Itulah impian Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang disampaikan dalam wawancara khusus dengan Kompas di Balai Kota Jakarta, Senin (20/6).

Wawancara ini dilangsungkan terkait peringatan hari jadi ke-489 kota Jakarta yang jatuh hari ini, 22 Juni.

Impian itu juga menjadi impian setiap warga Jakarta dan Indonesia pada umumnya sejak republik ini didirikan para pendiri bangsa. Namun, mewujudkan impian tersebut terbukti bukan perkara mudah.

Tahun ini adalah tahun kedua Basuki atau Ahok dan wakilnya, Djarot Saiful Hidayat, memimpin Jakarta. Berbagai pencapaian telah terjadi di kota ini, tetapi sejumlah kontroversi juga terus terjadi.

Di sisa waktu sebelum pemilihan kepala daerah, Februari 2017, Basuki menegaskan, Jakarta tak boleh kalah dari kota-kota negara tetangga dan diharapkan tumbuh menjadi kota modern. Sudah saatnya Jakarta menjadi bagian dari jajaran kota megapolitan dunia, tanpa melepaskan akar budaya Indonesia dan dimensi kemanusiaannya.

Dalam dua tahun kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, bagaimana Anda mengelola Jakarta?

Dalam satu-dua tahun terakhir, Jakarta punya model pengelolaan untuk banyak hal. (Salah satunya) model penanggulangan banjir. Orang akan melihat kita betul-betul membutuhkan tanggul laut terintegrasi (NCICD). Tahun depan, kami juga masih akan melakukan normalisasi.

Yang kedua, orang akan melihat konsep perumahan kita. (Sebagian besar) orang Jakarta, kan, tidak mampu membeli rumah. Orang minimal akan melihat konsep subsidi rumah kami (rumah susun sederhana sewa/rusunawa) yang menjadi inkubator.

Orang Jakarta juga akan melihat konsep taman terpadu kita. Bahasa kerennya club house, tempat kumpul. Zaman dulu, ini istilahnya balai rakyat atau balai desa. Sekarang, balai desa itu kita kembangkan dengan taman dan tempat bermain yang dinamakan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Sampai hari ini sudah 63 unit RPTRA yang dibangun. Tahun 2017, targetnya akan dibangun 200-an RPTRA. Ini menjadi konsep pembangunan komunitas kita.

Orang Jakarta juga akan melihat konsep trotoar, penataan kawasan pedestrian. Dengan trotoar, begitu orang keluar dari angkutan umum, jalan enak. Trotoar itu mesti lebar dan rata, juga ramah untuk (penyandang) disabilitas.

Dari aspek angkutan umum, sampai 2017, orang Jakarta akan melihat bus rapid transit (BRT), konsep transjakarta. Pengelolaan BRT ini saya ubah konsepnya.

Kalau dulu transjakarta hanya fokus di koridor, sekarang transjakarta harus menguasai semua rute bus. Setelah menguasai semua rute, kita bisa memperbarui fasilitas, keamanan, dan kenyamanan bus. Jakarta sebagai kota modern harus bisa menyediakan angkutan umum kelas dunia. Dengan angkutan umum yang nyaman, kami dorong masyarakat pindah dari kendaraan pribadi.

Lalu dari aspek kesehatan, kami berupaya menyediakan tenaga dokter, perawat, dan bidan di setiap rusun. Belum lagi pembangunan rumah sakit kelas kecamatan untuk memudahkan warga yang sakit.

Sumber daya apa yang akan Anda gunakan?

Sebagai ibu kota negara, Jakarta menerima penghasilan daerah dari pajak. APBD sebaiknya tidak seluruhnya dipergunakan untuk pembangunan infrastruktur. Untuk keperluan tanggul fase A, trotoar, sekolah, rumah sakit, taman-taman, RPTRA, ataupun jalan, sebaiknya APBD tidak habis di sana. Ada banyak pengembang di Jakarta. Kita mau mereka juga berpartisipasi.

Itu sebabnya kami mulai membuat aturan tentang koefisien lantai bangunan (KLB), yaitu kewajiban pengusaha atau pengembang atau individu yang ingin menambah luas bangunan dengan cara meninggikan bangunan.

Selisih nilai bangunan tersebut dibayarkan pengembang atau pengusaha sebagai kontribusi swasta kepada Jakarta dalam bentuk bangunan yang diperlukan masyarakat. Selain itu juga ada aturan tentang kontribusi lain pengembang.

Dalam membangun Jakarta, kami mengembangkan konsep transparansi dan partisipatif yang menguntungkan DKI sehingga DKI tak perlu menghabis-habiskan APBD, khususnya untuk infrastruktur.

Dulu, pihak swasta, khususnya pengusaha lokal, keberatan dengan kebijakan ini. Namun, begitu perusahaan swasta asing mau dan setuju, pengusaha lokal akhirnya mau juga partisipasi.

Ini untuk masyarakat, bukan untuk saya pribadi.

Apakah mimpi Anda tentang Jakarta ke depan?

Jakarta mesti tumbuh sebagai kota besar, kota modern, kota megapolitan, tetapi tidak meninggalkan kemanusiawiannya. Caranya? RPTRA yang banyak dibangun memberi wadah bagi masyarakat untuk berinteraksi.

Setiap keluarga/warga punya kesusahan masing-masing. Mereka mesti diberi wadah untuk berbagi dan saling memperhatikan. Anak-anak mendapat tempat untuk bermain. Demikian juga lansia.

Basuki juga menyebut ulang tahun ke-489 Jakarta memiliki makna istimewa. Menurut dia, angka 8 dan 9 menjadi penanda keberuntungan selama-lamanya bagi Jakarta. (HLN/DEA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juni 2016, di halaman 26 dengan judul "Jakarta Tidak Boleh Kalah!".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Usai Tes Kesehatan, Epy Kusnandar Bungkam Saat Dicecar Pertanyaan Awak Media

Megapolitan
Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Megapolitan
Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Megapolitan
Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Megapolitan
Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Megapolitan
Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat 'Ngebut'

Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat "Ngebut"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com