JAKARTA, KOMPAS.com — Planterium merupakan salah satu aset milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang lokasinya berada di Kompleks Taman Ismail Marzuki.
Sejak Mei 2016 lalu, Planetarium sudah dibuka kembali setelah sempat ditutup karena kerusakan alat.
Setelah dibuka, 1.000 hingga 1.500 orang, baik anak-anak maupun orang dewasa, berkunjung ke Planetarium untuk mengenal benda-benda langit.
Pengunjung terbilang ramai karena bertepatan dengan libur sekolah. Namun, ada satu hal yang disayangkan oleh pihak Planetarium.
Kepala Sub Bagian Umum Planetarium Eko Wisnu mengatakan, kebanyakan pengunjung Planetarium berasal dari provinsi di luar DKI Jakarta, khususnya mereka yang berkunjung dalam rombongan dari sekolah-sekolah.
"Kebanyakan yang datang sekolah dari luar Jakarta, seperti Bekasi, Tangerang, dan Bogor," ujar Eko kepada Kompas.com, Rabu (13/7/2017).
Eko menyayangkan jarangnya sekolah di Jakarta membuat program kunjungan ke Planetarium bagi siswa-siswinya.
Padahal, kata Eko, anak-anak di Jakarta juga ingin belajar dan melihat benda langit di Planetarium.
Planetarium yang merupakan aset DKI justru tidak dinikmati oleh warga Jakarta sendiri.
"Kenapa sih, ini kan aset DKI, tetapi kok dinikmati oleh yang bukan dari Jakarta," ujar Eko.
Soal transportasi
Eko mengaku telah mendengarkan masukan dari kepala sekolah di Jakarta terkait hal ini. Menurut Eko, para kepala sekolah itu mengeluhkan biaya untuk transportasi siswa-siswi menuju Planetarium.
"Sudah banyak yang melapor kepada saya untuk minta diteruskan kepada wali kota atau pihak terkait. Mereka enggak bisa ini karena masalah transportasi," ujar Eko.
Saat melakukan kunjungan, pihak sekolah memerlukan bus untuk mengantar siswa dan siswi ke Planetarium.
Pihak sekolah, kata dia, merasa keberatan karena harga sewa bus yang relatif mahal. Sementara itu, pihak sekolah kini dilarang mengambil pungutan dari orangtua murid.
"Sekarang kan enggak boleh ada pungutan dari orangtua. Pernah waktu itu ada satu sekolah mencoba tarik iuran untuk ke Planetarium. Pas begitu, ada yang lapor Gubernur, akhirnya dibatalin," ujar Eko.
Pihak sekolah juga tidak memiliki anggaran untuk menyewa bus. Eko pun menyadari bahwa masalah transportasi ini bukanlah wewenang dan urusannya.
Ia hanya bertugas melayani anak-anak yang datang ke Planetarium. Namun, banyaknya kepala sekolah yang mengadukan hal itu membuat Eko ingin menyampaikan masalah ini kepada pejabat DKI.
Planetarium juga siap jika harus menggratiskan tiket masuk Planetarium kepada rombongan siswa selama ada surat permohonan dari pihak sekolah.
Minta solusi
Eko ingin murid di Jakarta bisa menggunakan fasilitas milik DKI dan belajar mengenai benda langit di Planetarium.
Ia pun meminta pejabat DKI untuk mencari solusi atas masalah ini. Eko sendiri sudah memikirkan solusi apa yang bisa diterapkan. Ia mengusulkan agar pihak sekolah menggunakan mobil Dinas Perhubungan DKI.
"Dishub kan ada bus sekolah, bagi sekolah yang mau melakukan kunjungan bisa enggak ya pakai bus sekolah itu," ujar Eko.
Meski demikian, Eko tidak memaksakan usulannya itu. Ia menyerahkan keputusan terkait masalah ini kepada Pemerintah Provinsi DKI.
"Saya hanya sayang saja, fasilitas DKI dipakai oleh provinsi lain sementara anak-anak DKI yang mau kunjungan malah terbentur masalah transportasi," kata Eko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.