Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengacara Jessica Ragukan Keterangan Saksi Ahli Digital Forensik

Kompas.com - 10/08/2016, 14:42 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Otto Hasibuan, kuasa hukum Jessica Kumala Wongso, mengatakan,  pihaknya meragukan keterangan saksi ahli digital forensik Polri, AKBP Muhammad Nuh, dalam sidang kasus kematian Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2016). Jessica menjadi terdakwa tunggal dalam kasus kematian Mirna itu.

Menurut Otto, bukti rekaman CCTV yang dianalisa Nuh tidak dapat dipastikan keasliannya. Sebab, rekaman tersebut bukanlah rekaman asli, tetapi hasil kloning.

"Ini katanya kan hasil double, bukan yang asli. Jadi apa kita bisa yakini kalau itu asli enggak?" kata Otto saat sidang diskors.

Selain itu, Otto juga menilai Nuh banyak menafsirkan hal-hal yang terekam dalam CCTV tersebut.

"Dia bilang tangannya mengambil sesuatu, jarinya aja enggak keliatan kok mengambil sesuatu. Kalo mengambil itu kan jari, bukan tangan. Tapi Anda tafsirkan mengambil sesuatu, kan aneh," kata dia.

Otto menyebut Nuh tidak adil dalam menyatakan keterangannya berdasarkan analisa CCTV tersebut. Dia seharusnya menyampaikan apa adanya sesuai yang terekam dalam CCTV.

"Seharusnya ahli CCTV yang fair itu harus mengatakan gerakan tangan, kan harusnya begitu. Tapi kalau dibilang mengambil sesuatu, jarinya aja enggak keliatan," kata Otto.

Karena meragukan keaslian rekaman CCTV tersebut, Otto menyebut akan meminta CCTV yang asli diputarkan. Dia khawatir rekaman CCTV tersebut telah diedit sebelumnya.

Mirna meninggal setelah minum es kopi vietnam yang dipesan Jessica di kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat 6 Januari 2016. Jaksa penuntut umum mendakwa Jessica dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Ancaman hukumannya adalah hukuman mati.

Kompas TV Kejanggalan Posisi Kopi dan Koktail yang Dipesan Jessica
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Hanya Pembunuhan Berencana, Panca Darmansyah Juga Didakwa Pasal KDRT

Tak Hanya Pembunuhan Berencana, Panca Darmansyah Juga Didakwa Pasal KDRT

Megapolitan
Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai: Pendapatan Segitu Saja Malah Dipotong Melulu

Gaji Dipotong untuk Tapera, Pegawai: Pendapatan Segitu Saja Malah Dipotong Melulu

Megapolitan
Jaksa: Panca Darmansyah Lakukan KDRT ke Istri karena Cemburu

Jaksa: Panca Darmansyah Lakukan KDRT ke Istri karena Cemburu

Megapolitan
Tutup Akses Jalan Rumah Warga, Ketua RT di Bekasi: Dia Tak Izin, ini Tanah Saya

Tutup Akses Jalan Rumah Warga, Ketua RT di Bekasi: Dia Tak Izin, ini Tanah Saya

Megapolitan
DPW PSI Terima Berkas Pendaftaran Achmad Sajili sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

DPW PSI Terima Berkas Pendaftaran Achmad Sajili sebagai Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Megapolitan
Protes Iuran Tapera, Karyawan Swasta: Kami Sudah Banyak Potongan!

Protes Iuran Tapera, Karyawan Swasta: Kami Sudah Banyak Potongan!

Megapolitan
Pegi Jadi Tersangka, Kakak Kandung Vina: Selidiki Dulu Lebih Lanjut!

Pegi Jadi Tersangka, Kakak Kandung Vina: Selidiki Dulu Lebih Lanjut!

Megapolitan
Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak Terancam Dipenjara 5 Tahun

Megapolitan
'Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise'

"Lebih Baik KPR daripada Gaji Dipotong untuk Tapera, Enggak Budget Wise"

Megapolitan
Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Gaji Bakal Dipotong buat Tapera, Karyawan yang Sudah Punya Rumah Bersuara

Megapolitan
Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Panca Pembunuh 4 Anak Kandung Hadiri Sidang Perdana, Pakai Sandal Jepit dan Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Keberatan Soal Iuran Tapera, Pegawai: Pusing, Gaji Saya Sudah Kebanyakan Potongan

Megapolitan
Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Nestapa Pekerja soal Iuran Tapera : Gaji Ngepas, Pencairan Sulit

Megapolitan
Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Satu Tahun Dagang Sabu, Pria di Koja Terancam 20 Tahun Penjara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com