Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JK Sebut Penanganan Info Haris Azhar Tak Bisa Dilakukan Satu Tim

Kompas.com - 13/08/2016, 06:43 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com –
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, TNI dan Polri memiliki sistem hukum peradilan yang berbeda. Sehingga, ketika ada oknum TNI dan Polri melakukan kesalahan, tidak bisa dilakukan penyelidikan bersama.

Hal itu diungkapkan Kalla, menanggapi usulan agar TNI dan Polri membentuk satu tim independen yang sama untuk mengusut pernyataan koordinator Kontras Haris Azhar mengenai pengakuan terpidana mati Freddy Budiman. Menurut Haris, Freddy menyebut ada oknum TNI, Polri, dan Badan Narkotika Nasional yang terlibat dalam bisnis ilegalnya.

“Itu masing-masing sudah bikin tim. Karena perbedaan hukum juga kan, satu propam, satu PM. Tentu dua-duanya, nggak mungkin PM periksa polisi dan propam periksa tentara,” kata Wapres, di kantornya, Jumat (12/8/2016).

( Baca: Tim Independen Polri ke Nusakambangan Pekan Depan Telusuri Pertemuan Haris-Freddy )

Kendati demikian, ia mengaskan, Presiden Joko Widodo sejak awal telah meminta agar kedua aparat itu tegas dalam mengusut informasi yang telah diberikan. Termasuk dalam menjatuhkan sanksi kepada oknum apabila memang ditemukan bukti adanya bekingan tersebut.

“Kalau tidak ada bilang tidak ada, kalau ada bilang ada. Dan itu harus jelas dari sisi hukumnya. Posisi Presiden, pemerintah, di situ,” tegas dia.

Seperti diketahui, Haris membeberkan cerita tentang keterlibatan oknum aparat polisi, TNI, Bea Cukai dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam peredaran narkotika di Indonesia. Haris mengaku mendapat cerita tersebut dari Freddy Budiman.

 

Mereka bertemu di Nusakambangan pada 2014. Untuk menelusuri kebenaran cerita tersebut, Polri membentuk tim.

Kompas TV Polri Telusuri Aliran Dana Freddy Budiman


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadi Penadah Pelek Ban Mobil Hasil Curian, Sumihar Terancam 4 Tahun Penjara

Jadi Penadah Pelek Ban Mobil Hasil Curian, Sumihar Terancam 4 Tahun Penjara

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Polisi: Kurang Pengawasan

Pencuri Ban Mobil Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Polisi: Kurang Pengawasan

Megapolitan
Dibantu Hotman Paris, Keluarga Vina Cirebon Tuntut Keadilan atas Kasus Pembunuhan

Dibantu Hotman Paris, Keluarga Vina Cirebon Tuntut Keadilan atas Kasus Pembunuhan

Megapolitan
Dosen Hukum Ini Bantah Ditunjuk Langsung Anwar Usman sebagai Ahli untuk Lawan MK di PTUN

Dosen Hukum Ini Bantah Ditunjuk Langsung Anwar Usman sebagai Ahli untuk Lawan MK di PTUN

Megapolitan
Pencurian Mobil di Bogor Direncanakan Matang, Pelaku Intai Mobil Korban Selama 2 Bulan

Pencurian Mobil di Bogor Direncanakan Matang, Pelaku Intai Mobil Korban Selama 2 Bulan

Megapolitan
5 Begal yang Rampas Motor Milik Calon Siswa Bintara Sudah Berulang Kali Beraksi

5 Begal yang Rampas Motor Milik Calon Siswa Bintara Sudah Berulang Kali Beraksi

Megapolitan
Dosen Hukum Laporkan Pria yang Adukan Pelanggaran Etik Anwar Usman, Diduga Cemarkan Nama Baik

Dosen Hukum Laporkan Pria yang Adukan Pelanggaran Etik Anwar Usman, Diduga Cemarkan Nama Baik

Megapolitan
KPU Lantik 60 PPK untuk Kawal Pilkada Bekasi 2024

KPU Lantik 60 PPK untuk Kawal Pilkada Bekasi 2024

Megapolitan
Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Pelaku Pereteli 3 Ban Mobil dalam 20 Menit

Beraksi di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja, Pelaku Pereteli 3 Ban Mobil dalam 20 Menit

Megapolitan
Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Cerita Fransiskus Asal Flores, Rela Cuti Kuliah demi Jadi Taruna STIP

Megapolitan
Pemprov DKI Larang 'Study Tour', Korbankan Pengalaman Anak

Pemprov DKI Larang "Study Tour", Korbankan Pengalaman Anak

Megapolitan
PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

PSI Buka Penjaringan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta

Megapolitan
Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Sebelum Penerimaan Dimoratorium, Catar STIP Sudah Bayar Rp 2 Juta untuk Seleksi Masuk

Megapolitan
Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Harapan Baru Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris Turun Tangan dan Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

[POPULER JABODETABEK] Donasi Palsu untuk Korban Kecelakaan SMK Lingga Kencana | Miliaran Hasil Parkir Mengalir ke Ormas dan Oknum Aparat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com