"Tapi apa itu tujuan hidup saya? Bukan. Tujuan hidup saya adalah mengadministrasi keadilan sosial. Saya sekarang sudah menukar beras jadi ubi, emas jadi perak sebetulnya," ujar Ahok.
Ahok merasa telah menukar kesempatan mendulang dukungan besar melalui jalur independen dengan menanggung risiko warga kecewa karena ia maju melalui jalur partai.
Ahok menyebut hal ini bagaikan menukar beras dengan ubi. "Sekarang nilai saya agak turun sedikit. Kenapa turun? Tadinya saya simbol perlawanan semua orang. Tiba-tiba saya ikut parpol, saya enggak bisa jualan lagi parpol keroyokin saya," ucap dia.
(Baca juga: Ahok Anggap Kansnya Menang Pilkada Menurun jika Dibandingkan Maju Independen)
Tidak menyesal
Meski menyebut peluangnya berkurang, Ahok mengaku tak menyesali pilihannya untuk maju pilkada melalui jalur parpol.
Ia yakin maju melalui jalur parpol akan meringankan bebannya. Menurut Ahok, saat ini ia bisa fokus menjalankan tugasnya sebagai gubernur karena berbagai hal terkait pilkada sudah ditangani oleh kader partai-partai pendukungnya.
"Urusan kalian politik, urusan saya kerja. Kan saya bukan orang politik sekarang. Saya ini cuma CEO, kerja profesional di bidang politik yang mencalonkan saya. Kalau yang mempekerjakan saya masyarakat," ujar dia.
Ahok juga menganggap keputusannya ini merupakan bagian dari mencegah terjadinya deparpolisasi.
Ahok tidak bisa membayangkan bagaimana jika ia memilih jalur independen dan berhasil memenangkan Pilkada DKI 2017 dengan jalur itu.
Ia khawatir hal itu akan menciptakan persepsi bahwa partai tidak dibutuhkan lagi. (Baca juga: Ahok: Saya Sudah Punya Pasangan..., Lu Pengen Gue Selingkuh?)
Sampai saat ini, ada tiga parpol yang memutuskan menjadi pengusung Ahok. Ketiganya adalah Hanura, Golkar, dan Nasdem.
Perolehan kursi ketiga partai tersebut di DPRD DKI Jakarta jika digabungkan mencapai 24 kursi, atau melebihi batas minimal yang mensyaratkan 22 kursi.
Di samping itu, jika memutuskan maju melalui jalur independen, Ahok memiliki bekal 1 Juta data KTP yang dikumpulkan kelompok relawan pendukungnya, Teman Ahok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.