Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kekuatan Tim Pemenangan Cagub-Cawagub pada Pilkada DKI 2017

Kompas.com - 05/10/2016, 16:08 WIB
Nursita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur pada Pilkada DKI 2017 telah mendaftarkan tim pemenangan masing-masing ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta.

Tim pemenangan itu juga telah dirilis ke publik. Tim pemenangan kubu petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dipimpin oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi. Dia merupakan Sekretaris DPD PDI-P DKI Jakarta.

Sementara tim pemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memilih Mardani Ali Sera sebagai ketua tim pemenangan. Nama Boy Sadikin juga akan membantu mengakomodasi relawan.

Kemudian, partai pengusung Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni memutuskan Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli sebagai ketua tim pemenangan.

Peneliti lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas, menilai, masing-masing tim pemenangan telah memilih ketua yang tepat.

"Dari segi kapasitas dan kapabilitas dari pemimpin tim sukses tiga pasangan, mereka sudah menempatkan orang yang baik, tepat, dan punya tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari penempatan orang-orang ini," ujar Sirojudin saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/10/2016).

Sirojudin menilai, sebagai ketua tim pemenangan Ahok-Djarot, Prasetio memiliki otoritas dan kapasitas politik yang kuat di DKI Jakarta. Sementara Nachrowi memiliki basis dan koneksi dengan kelompok betawi.

"Sepertinya tim Agus-Sylvi ini ingin meraih simpati dari basis kelompok Betawi," kata dia. (Baca: Boy Sadikin dan Mardani Ali Sera Pimpin Tim Pemenangan Anies-Sandi)

Sementara Mardani memiliki intelektualitas dan legitimasi politik yang baik sebagai ketua tim pemenangan Anies-Sandi. Jika dilihat dari jumlah tim pemenangan masing-masing pasangan bakal calon, tim pemenangan Ahok-Djarot paling gemuk dan tim pemenangan Anies-Sandi paling ramping.

Meski begitu, Sirojudin menilai banyaknya jumlah tim pemenangan tidak berkorelasi langsung dengan jumlah suara yang mampu dihasilkan.

"Saya kira itu tidak punya makna apa-apa yang khusus selain bahwa masing-masing berusaha mengakomodasi banyak kepentingan dan institusi yang terlibat," ucap Sirojudin. (Baca: Alasan Tim Pemenangan Ahok-Djarot Pilih Ruhut Sitompul Jadi Jubir)

Dia menyatakan, pemilih biasanya lebih terafiliasi dengan kelompok-kelompok non-formal yang mendukung masing-masing pasangan bakal calon.

"Justru yang non-formal yang lebih berpengaruh. Hasil survei kami menyatakan kurang dari 12 persen pemilih yang merasa dekat dengan partai," tuturnya.

Oleh karena itu, Sirojudin menilai, kelompok-kelompok non-formal lebih berpengaruh dibandingkan tim pemenangan resmi yang didaftarkan ke KPU DKI. Kelompok non-formal bisa bergerak lebih leluasa untuk menjaring suara pemilih dibandingkan dengan tim pemenangan formal yang pergerakannya diawasi Bawaslu.

"Bukan pada seberapa kuat, seberapa representatif, tim sukses formal. Tetapi, seberapa kuat, seberapa representatif, seberapa solid jaringan tim sukses non-formal yang mereka miliki," papar Sirojudin.

Masa kampanye pasangan cagub-cawagub akan dilaksanakan pada 28 Oktober 2016 sampai dengan 11 Februari 2017. (Baca: Ini Struktur Tim Pemenangan Pasangan Agus-Sylvi)

Kompas TV Cagub DKI Dilarang Beriklan Sendiri di Media Massa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com