Jutaan kubik
Kehilangan air tanah di Jakarta terus berlangsung hingga saat ini. Masalahnya, belum ada data pasti jumlah pemakaian air seluruh penduduk, perusahaan, dan instansi di Jakarta.
Nila Ardhianie dari Amrta Institute menghitung, potensi air tanah yang hilang dalam setahun sangat jauh dari yang tercatat. Asumsi itu diperoleh dari total jumlah penduduk dan pelaju di Jakarta, yang mencapai lebih dari 13 juta orang, dikalikan pemakaian air dalam setahun. Dari jumlah itu diperoleh angka 750 juta meter kubik.
"Angka itu lalu ditambah kebutuhan nondomestik yang biasanya 25 persen dari total kebutuhan penduduk. Totalnya 949 juta meter kubik. Setelah dikurangi air terjual PAM yang angkanya 331 juta meter kubik, maka ada 618 juta meter kubik yang kemungkinan besar diambil dari air tanah. Hampir dua kali lipat dari produksi air perpipaan," ucap Nila.
Dengan perkiraan tersebut, potensi pajak yang hilang juga sangat besar. Pajak air tanah untuk tahun 2015 tercatat Rp 104 miliar. Jumlah ini hanya 11,5 persen dari total perkiraan.
Pengambilan air tanah berlebihan juga erat kaitannya dengan penurunan muka tanah. Rachmat Fajar Lubis dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia beberapa waktu lalu menyampaikan, pengambilan air tanah yang terus-menerus dan berlebihan tak hanya berdampak serius pada penurunan tanah, tetapi juga berkaitan erat dengan berbagai hal lain, termasuk penurunan kualitas air.
Daya larut air dalam tanah berkurang karena tersedot keluar sehingga kandungan senyawa berbahaya lebih tinggi.
(Dian Dewi Purnamasari)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Oktober 2016, di halaman 29 dengan judul "Hilangnya Air Bawah Tanah Jakarta".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.