JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta tengah bersiap menghadapi cuaca ekstrem yang berpotensi menyebabkan banjir dan longsor. Puncak cuaca ekstrem diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2017.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM sebelumnya juga mencatat tujuh kecamatan di Jakarta rawan mengalami pergerakan tanah yang dapat memicu longsor.
Lima kecamatan di Jakarta Selatan itu adalah Pesanggrahan, Jagakarsa, Kebayoran Lama, Cilandak, dan Pasar Minggu.
Di Jakarta Timur, Kramat Jati dan Pasar Rebo juga tercatat sebagai daerah rawan pergerakan tanah. Potensi gerakan tanah menengah yang dimiliki wilayah tersebut dapat terjadi jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan.
Longsor sebelumnya terjadi di Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, akibat intensitas hujan tinggi pada Agustus 2016.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kota Jakarta Selatan, Danang Santoso, menyebut Jakarta Selatan sebagai wilayah yang paling rawan banjir serta longsor. Ia mengimbau warga melakukan sejumlah hal ketika terjadi banjir.
Pertama, jangan panik dan segera datang ke tempat pengungsian yang telah disediakan dan bawa barang-barang yang sangat diperlukan.
"Nggak boleh panik, ikuti imbauan dari pemerintah, baik dari kelurahan atau kecamatan, kalau sudah diimbau melalui speaker masjid, ya segera evakuasi ke titik-titik yang ditentukan, ikuti," kata Danang kepada Kompas.com, Rabu (30/11/2016).
Danang menyesalkan masih banyaknya warga yang bertahan di rumahnya ketika banjir. Ketika warga memilih untuk bertahan, maka tak ada yang bisa dilakukan untuk memaksakan evakuasi.
Evakuasi, kata Danang, diutamakan bagi anak-anak, perempuan hamil, lansia, dan orang sakit. Danang juga mengimbau agar peralatan elektronik dan surat-surat berharga diletakkan di tempat aman.
Selain itu, Danang juga meminta mulai saat ini masyarakat menumbuhkan kesadaran menjaga lingkungannya. Sebab, sering kali genangan timbul akibat kesengajaan warga mencemari sungai dan saluran air hingga sampah menumpuk.
Ia mengimbau masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, tidak bangun rumah atau warung di atas saluran air, dan membersihkan saluran air di rumah dan lingkungan secara berkala.
Danang bersyukur kini ada petugas PPSU di kelurahan dan kecamatan yang tugasnya membersihkan saluran air. Mereka juga bersiaga dan akan langsung turun ketika hujan deras berpotensi banjir.
"Tapi masyarakat tetap harus perhatikan, contoh waktu itu di Pondok Indah genangan terus, saya heran kenapa begitu, ternyata setelah kita cek warga bangun taman di atas saluran air, tanahnya itu ditimbun ke saluran air, ya mati dong saluran airnya," ujar Danang.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, sebelumnya juga mengeluarkan Instruksi Gubernur (Ingub) tentang kesiapsiagaan dan pengendalian potensi ancaman genangan, angin puting beliung, dan demam berdarah.
Instruksi bernomor 153 Tahun 2016 itu dibuat Sumarsono untuk menindaklanjuti Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tertanggal 15 September 2016 tentang antisipasi bencana banjir dan tanah longsor sehubungan fenomena La Nina di Indonesia.
Instruksi yang dibuat Sumarsono terdiri atas empat poin, yakni agar diaktifkan posko serta piket kesiapsiagaan dan pengendalian potensi ancaman genangan, angin puting beliung dan demam berdarah sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan SKPD atau UKPD masing-masing.
Sumarsono lalu meminta agar para Asisten Sekda Provinsi DKI Jakarta melakukan pemantauan dan mengkoordinasikan pelaksanaan posko serta piket dan kesiapan personel, sarana dan logistik terhadap antisipasi kesiapsiagaan potensi ancaman genangan, angin puting beliung dan demam berdarah.
Para Kepala SKPD atau UKPD juga diminta untuk memantau dan mengkoordinasikan pelaksanaan posko serta piket dan kesiapan personel, sarana dan logistik terhadap antisipasi kesiapsiagaan potensi ancaman genangan, angin puting beliung dan demam berdarah pada UKPD, kecamatan dan kelurahan secara berkala. Instruksi tersebut berlaku hingga 30 Maret 2017.
"Kalau saya menggarisbawahi omongan Pak Plt, beliau salut kepada Pemprov DKI yang selama empat tahun berusaha mengurangi titik banjir, sekarang sudah mulai cepat surut. Tapi kami tetap siapkan mitigasi struktural dengan perbaikan infrastruktur, dan mitiasi nonstruktural dengan terus sosialisasikan ke masyarakat," kata Danang.