Angin besar baru saja melanda perbatasan antara Kecamatan Ciracas di Jakarta Timur dan Kecamatan Cimanggis di Depok, Jawa Barat, pertengahan Oktober 2016. Jejaknya terlihat, antara lain, pada pepohonan pisang yang rebah di lahan kosong. Lahan itu diapit Sungai Cipinang dan Sungai Caglak.
Untuk mencapai lokasi kebun pisang itu, kita harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak yang membatasi Sungai Caglak. Sehari setelah angin kencang, jejak rusaknya pohon pisang itu seakan dibiarkan saja.
"Nanti mau dibangun waduk, kok, di situ. Tanahnya juga sudah dibeli pemerintah. Jadi memang dibiarkan begitu saja," kata Jatmiko Kusudiarjo, Ketua RT 006 RW 014 Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas.
Tak lama setelah itu, lahan itu segera dibersihkan untuk pembuatan Waduk Cimanggis.
Waduk Cimanggis merupakan satu dari dua waduk yang tengah dikerjakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi efek banjir dari Sungai Cipinang. Satu waduk lainnya adalah Waduk Rambutan. Waduk ini berlokasi di Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, dan berbatasan dengan Terminal Kampung Rambutan.
Jatmiko mengatakan, saat banjir besar 2007 dan 2012, warga di wilayahnya mendapat kesempatan merasakan luapan air Sungai Cipinang.
Urusan banjir ini masih menjadi persoalan bagi sebagian warga yang bermukim di bantaran Sungai Cipinang.
Selain Cibubur, sebagian lokasi di Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Ciracas, Susukan, dan Kelurahan Rambutan di Kecamatan Ciracas juga masih kebanjiran.
Pengendali banjir
Hingga akhir Februari ini, baik Waduk Cimanggis dan Waduk Rambutan dalam proses pembangunan.
Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan mengatakan, untuk menanggulangi banjir di Jakarta, salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat sejumlah waduk. Aliran air kali dibendung dan dibuat waduk. Begitu pula dengan Sungai Cipinang.
"Jadi, air kali tidak langsung mengalir, tetapi pasti akan masuk ke waduk dulu," ujar Teguh, awal Februari ini.
Di aliran Cipinang, dari arah hulu, air dibendung di Cimanggis. Lalu air akan dialirkan kembali ke aliran lama menuju muara. Di tengah jalan, air Sungai Cipinang dibendung kembali di Waduk Rambutan.
Namun, saat ini, posisi alat- alat berat yang dioperasikan sejak pertengahan Oktober 2016 tidak aktif lagi. Teguh mengatakan, penggalian waduk tengah dihentikan lantaran Dinas Sumber Daya Air DKI masih menunggu penawaran pihak ketiga yang akan membeli tanah merah hasil pengerukan waduk. Proses penawaran tanah merah ini masih berlangsung.
"Penjualan tanah merah hasil kedukan waduk akan berlaku untuk semua waduk yang ada di Jakarta," ujar Teguh.
Dengan model penjualan tanah merah itu, waduk akan terkeruk maksimal. Selain itu, Dinas Sumber Daya Air DKI akan memiliki tambahan dana dari retribusi penjualan tanah merah itu. Dana itu bisa dipakai untuk melakukan normalisasi waduk. "Semua sudah dijadwalkan cepat pada tahun ini," ujarnya.
Bukan solusi tunggal
Mardi (53), warga RT 003 RW 006 Kelurahan Rambutan, berharap pembangunan waduk segera terwujud. Ratusan rumah, termasuk rumah petak beberapa pintu milik Mardi, sudah lenyap dibebaskan pemerintah untuk membangun Waduk Rambutan.
Saat ini, Sungai Cipinang yang mengalir di dekat rumah Mardi sudah dikeruk sehingga menjadi lebih dalam. Beberapa titik sungai juga dilebarkan. Sebelum normalisasi ini dilakukan, banjir kerap melanda permukiman sekitarnya, termasuk merendam badan Jalan Tol Simatupang atau jalan menuju Terminal Kampung Rambutan.
"Sekarang tidak banjir lagi karena (sungai) sudah dikeruk. Gorong-gorong yang dekat jalan tol juga dibenahi. Setelah pembebasan lahan rumah petak dan kontrakan di sini, diikuti dengan pengerukan dan pembelokan aliran sungai, permukiman di bawahnya tidak kebanjiran lagi," katanya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Teuku Iskandar mengatakan, pembangunan waduk dibutuhkan untuk mengendalikan banjir di aliran Sungai Cipinang.
Namun, Iskandar mengingatkan, waduk itu tak bisa menjadi solusi final karena luas waduk memiliki batasnya. Waduk Cimanggis, misalnya, hanya berfungsi menangkap dan menampung air sementara sebelum dialirkan secara terkendali.
Karena itu, upaya pengendalian banjir lainnya perlu dilakukan, termasuk menata bantaran sungai agar tidak lagi mempersempit aliran sungai.
(Ratih P Sudarsono/Helena F Nababan/Agnes Rita Sulistyawaty)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Maret 2017, di halaman 27 dengan judul "Waduk-waduk (Calon) Penjaga Sungai Cipinang".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.