JAKARTA, KOMPAS.com - Suara gesekan biola ditambah petikan gitar sayup-sayup terdengar di ujung Jalan Merdeka Utara.
Perempuan berbaju serba hitam mengangkat kedua tangannya, tanda lagu mulai dimainkan. Sementara kendaraan sibuk lalu lalang, seratusan orang dengan keringat bercucuran duduk dengan tertib menunggu aba-aba.
Payung hitam berukuran sedang digenggam kuat-kuat menghalangi teriknya matahari. Tak berapa lama, kidung berisi puji-pujian untuk sang Pencipta dilantunkan. Suara laki-laki dan perempuan membaur di antara bising kendaraan yang tak peduli dengan keberadaan mereka.
Tidak ada mimbar kayu dengan ukiran untuk pendeta yang membacakan ayat-ayat dari kitab suci. Tidak ada patung salib besar atau lukisan indah yang menghiasi dinding.
Hari ini, Minggu (5/3/2017), tepat ke-139 kalinya jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin, melaksanakan ibadah di seberang Istana Merdeka.
Semenjak saat itu, umat beribadah di halaman gereja dan di jalan. Namun karena selalu mendapat intimidasi, maka umat mengalihkan tempat ibadah mereka.
Sejak 2012, setiap dua pekan sekali, jemaat akan berkumpul dan melaksanakan ibadahnya di depan Istana Merdeka. Ibadah tidak hanya diikuti jemaat GKI Yasmin, tapi juga jemaat HKPB Filadelfia yang rumah ibadahnya juga disegel.
Butuh Pengorbanan
Jemaat GKI Yasmin awalnya sekitar 500 orang. Situasi yang tidak menentu dan terkadang membahayakan membuat para jemaat mencari berbagai alternatif.
"Tentu saja secara alami jumlahnya berkurang. Ada yang kelelahan, ada yang semakin tua dan sakit sehingga tidak memungkinkan untuk hadir di tempat ini," ujar Juru Bicara GKI Yasmin, Bona Sigalingging saat ditemui di lokasi ibadah.
Saat ini, jemaat yang aktif melaksanakan ibadah di depan Istana Merdeka hanya sekitar 150 orang. Untuk sekali perjalanan pulang-pergi, para jemaat harus menempuh jarak hingga lebih dari 100 kilometer.
Para jemaat kemudian mencari cara agar ibadah dapat tetap dilakukan. Tri dan Reti, dua jemaat asal Kota Bogor, biasanya menumpang kendaraan yang disediakan jemaat lain.
"Sebelum berangkat kami berkumpul, jadi bersama-sama rombongan menaiki kendaraan milik jemaat lain," kata Tri.
Menggelar ibadah di ruang terbuka bukan hal yang mudah. Dibutuhkan sejumlah tenaga relawan untuk menyiapkan beberapa peralatan.
Sebelum berangkat menuju Jakarta, pengurus gereja dibantu beberapa relawan menyiapkan sekitar 150 kursi plastik. Beberapa alat musik lengkap dengan pengeras suara disiapkan di dalam mobil.
Tak hanya menyiapkan sarana ibadah, para jemaat biasanya secara bergiliran menyediakan konsumsi seadanya bagi jemaat yang datang jauh-jauh untuk beribadah. Makan bersama biasanya dilakukan di halaman parkir Gedung RRI di Jalan Medan Merdeka Barat.
Harapan kepada Presiden
Di setiap akhir ibadah, seluruh jemaat berdiri dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya. Meski dalam keadaan yang sulit, para jemaah tetap optimisme bahwa apa yang mereka lakukan akan mengetuk pintu hati Presiden Joko Widodo.
Terlebih lagi, Mahkamah Agung pada 9 Desember 2010 telah mengeluarkan putusan PK MA Nomor 127 PK/TUN/2009 terkait izin mendirikan bangunan (IMB) GKI Yasmin.
"Kami berharap secepatnya gereja kami dibuka, sehingga kami tidak lagi beribadah di tengah panas terik matahari. Kalau panas kepanasan, kalau hujan, ya kehujanan," kata Tri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.