Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/03/2017, 14:18 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Praktik pungutan liar masih berlangsung di area fasilitas parkir di kompleks Stadion Glora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta Pusat. Padahal, untuk masuk kompleks Stadion GBK sudah ada tiket parkir masuk yang resmi.

Kompas.com mengecek sendiri apakah praktik pungutan parkir liar masih eksis di fasilitas prakir Stadion GBK, Senin (27/3/2017). Ternyata praktik pungutan untuk parkir liar masih terjadi, tepatnya di area parkir sebelum gerbang Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC).

Kompas.com yang telah selesai parkir di area parkir tersebut dan hendak keluar, dimintai tarif Rp 5.000 oleh dua orang pemuda yang duduk berjaga di sebuah tenda payung. Saat melintas lewat tepat di kedua orang tersebut, salah satunya mencegat dengan tangan.

"Lima ribu," kata salah seorang di antaranya, meminta bayaran.

Baca: Hapus Parkir Liar, Pengelola GBK Senayan Bangun Elevated Parking

Kompas.com kemudian menanyakan mengapa ada pembayaran parkir selain parkir resmi di pintu masuk atau keluar Stadion GBK.

Namun, pemuda berkaos putih itu tetap melambai tangan meminta uang Rp 5.000. Padahal, Kompas.com hanya parkir di area tersebut kurang lebih 5 menit saja. Beberapa detik kemudian, salah satu teman pemuda yang meminta bayaran parkir itu menyuruh Kompas.com untuk jalan saja tak usah membayar.

"Udah sana jalan," ujar pria bertubuh lebih besar itu.

Para pelaku praktik parkir liar di GBK, disebut tak hanya beroperasi di area tersebut. Sejumlah sopir bus di area parkir tak jauh dari eks Golf Driving Range, Senayan, mengatakan, para pelaku pungutan parkir liar biasa beraksi atau banyak muncul pada saat adanya event di Balai Sidang JCC.

"Kalau mau (cek parkir liar), datang pas ada event besar, atau pas ada wisudaan di sana (Balai Sidang JCC). Itu banyak (parkir liar)," ujar seorang sopir bus pariwisata berinisial OS (33).

Menurut OS, para pelaku parkir liar biasanya menyasar mobil-mobil pribadi. Tarif yang diminta berkisar Rp 15.000-20.000. Untuk sepeda motor, biasanya diminta Rp 5.000.

"Kalau bus, biasanya yang diminta itu ke bus dari daerah. Kalau bus dari daerah bisa diminta sampai Rp 50.000. Tapi kalau kita mereka enggak minta, soalnya kita pakai member bulanan," ujar OS.

Baca: PKL dan Parkir Liar Kembali Bikin Lalu Lintas Kawasan Asemka Semrawut

OS mendukung jika ada penertiban terhadap pelaku parkir liar. "Baguslah, malah kita lebih (merasa) aman," ujar OS.

Sementara itu, untuk area fasilitas parkir sepeda motor yang berada persis di depan Eks Golf Driving Range, di sini dinilai lebih aman dari praktik parkir liar. Sebab, lokasinya memang dekat dengan pos sekuriti GBK.

Budi (55), salah satu pengunjung GBK yang biasa parkir di lokasi itu mengaku sudah dua tahun ini tidak ada parkir liar di titik tersebut.

"Kalau enggak salah sekitar dua tahun lalu terakhir kali ada bayar di sini," ujar Budi.

Pos parkir di lokasi itu juga sudah kosong, kini jadi tempat pengunjung menaruh helm. Tidak ada yang meminta bayaran parkir di area parkir itu. Budi mendukung jika pengelola memberantas parkir liar.

"Kita kan nanti bayar di depan, masa bayar dua kali. Kecuali di depan enggak bayar, tapi bayarnya di sini, ya enggak apa-apa. Harapan saya lebih baik lagi dari tahun kemarin (soal kasus parkir liar) sama lebih diawasi lagi soal keamanan motor yang lagi parkir," ujar Budi.

Kompas TV Untuk penertiban parkir liar, tim Dinas Perhubungan dan Polres Jakarta Barat menggelar razia di Jalan Arjuna Utara dan Puri Kembangan.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Rute dan Jadwal Bus Citra Raya Tangerang 2023

Rute dan Jadwal Bus Citra Raya Tangerang 2023

Megapolitan
Hari Ozon Sedunia, Pemadaman Lampu di Jakarta Juga untuk Mengedukasi Warga soal Emisi Karbon

Hari Ozon Sedunia, Pemadaman Lampu di Jakarta Juga untuk Mengedukasi Warga soal Emisi Karbon

Megapolitan
Cerita Warga Kemang Banyak yang Foto 'Prawedding' Saat Bunga Tabebuya Bermekaran

Cerita Warga Kemang Banyak yang Foto "Prawedding" Saat Bunga Tabebuya Bermekaran

Megapolitan
Klarifikasi Maxim Soal 'Suspend' Akun Ojol yang Turunkan Penumpang Tanpa Helm

Klarifikasi Maxim Soal "Suspend" Akun Ojol yang Turunkan Penumpang Tanpa Helm

Megapolitan
Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam Demi Peringati Hari Ozon Sedunia

Lampu Sejumlah Kawasan di Jakarta Dipadamkan Sabtu Malam Demi Peringati Hari Ozon Sedunia

Megapolitan
Viral Video AC di LRT Jabodebek Bocor, Air Rembes ke Gerbong Penumpang

Viral Video AC di LRT Jabodebek Bocor, Air Rembes ke Gerbong Penumpang

Megapolitan
'Vibes' Jepang di Kemang Luntur Karena Bunga Tabebuya Berguguran, Warga Masih Banyak yang Datang

"Vibes" Jepang di Kemang Luntur Karena Bunga Tabebuya Berguguran, Warga Masih Banyak yang Datang

Megapolitan
Sosiolog UNJ Nilai Penutupan Lokalisasi di Gang Royal Tak Hentikan Masalah

Sosiolog UNJ Nilai Penutupan Lokalisasi di Gang Royal Tak Hentikan Masalah

Megapolitan
Lurah Papanggo Pelajari Syarat yang Diajukan Warga Kampung Bayam

Lurah Papanggo Pelajari Syarat yang Diajukan Warga Kampung Bayam

Megapolitan
Bertemu 5 Jenderal Purnawirawan TNI, Cak Imin: Saya Dapat Petuah dan Nasehat

Bertemu 5 Jenderal Purnawirawan TNI, Cak Imin: Saya Dapat Petuah dan Nasehat

Megapolitan
Bunga Tabebuya di Kemang Sedang Tak Mekar, 'Vibes' Jepang Pun Hilang...

Bunga Tabebuya di Kemang Sedang Tak Mekar, "Vibes" Jepang Pun Hilang...

Megapolitan
Sosiolog: Penggusuran Lokalisasi Gang Royal Harus Dilanjutkan dengan Pemberdayaan

Sosiolog: Penggusuran Lokalisasi Gang Royal Harus Dilanjutkan dengan Pemberdayaan

Megapolitan
Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah

Warga Kampung Bayam Survei ke Rusun Nagrak, Keluhkan Akses yang Sulit untuk Anak Sekolah

Megapolitan
Pelintasan Liar di DKI Jakarta Harus Segera Ditutup Agar Tak Lagi Makan Korban

Pelintasan Liar di DKI Jakarta Harus Segera Ditutup Agar Tak Lagi Makan Korban

Megapolitan
Bersedia Pindah ke Rusun Nagrak, Warga Kampung Bayam Ajukan Syarat ke Pemprov DKI

Bersedia Pindah ke Rusun Nagrak, Warga Kampung Bayam Ajukan Syarat ke Pemprov DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com