JAKARTA, KOMPAS.com - Bulan Ramadhan akan datang dalam hitungan hari. Itu berarti, tak lama lagi saat-saat petang hingga magrib bakal semarak dengan aktivitas "berburu takjil". Takjil kerap disinonimkan dengan hidangan buka puasa.
Salah satu lokasi berburu takjil yang tersohor di Ibu Kota yakni di kawasan Jalan Panjang, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di sini, para pedagang takjil bisa berderet sejauh 300 meter. Mereka menempati tepi jalan raya selebar kurang lebih 5 meter.
"Nanti kalau bulan puasa, bisa berderet nih dari sini sampai pertigaan depan, sananya lagi. Yah kalau dihitung kira-kira ada kali 300 meter," ujar Hendri (34), pengemudi ojek daring di pertigaan Jalan Panjang dan Jalan Haji Domang, Jumat (5/5/2019).
Hendri menaksir, panjang deretan pedagang takjil bisa melebihi pertigaan Jalan Anggrek yang terpaut sekitar 300 meter jauhnya.
Baca juga: Tak Pakai Helm Saat Berkendara, Sukindah Malah Dapat Takjil dari Polisi
Pengendara ojek lain, Budi (32) mengamini. Dia mengeklaim, jenis jajanan takjil yang dijajakan di Jalan Panjang tergolong lengkap lantaran banyaknya pedagang.
"Orang-orang juga datang nyari (takjil) ke sini. Yah di sini bisa dibilang komplet sih, dari yang ringan-ringan, standar-standar kayak kolak, gorengan sudah pasti ada, sampai yang berat-berat kayak nasi rames atau gudeg juga suka ada," tambah Budi.
Hal ini berimbas pada arus lalu lintas di Jalan Gedong Panjang, khususnya yang mengarah ke selatan. Sebab, para pembeli datang menggunakan kendaraan, terutama sepeda motor. Mereka menepi sesaat untuk membeli takjil, sehingga memakan badan jalan selebar kira-kira satu jalur.
"Yang bikin macet lagi karena di depan sana ada putaran (U-Turn). Jadi, kanan macet, kiri macet. Tengah-tengah juga kena. Cuma, ya, memang pas sore-sore saja sih jam 4 atau jam 5 gitu. Orang ngerti juga kali kalau lagi bulan puasa, dekat-dekat jam buka, pasti ramai," ucap Hendri.
Namun, sejumlah pedagang mengungkapkan bahwa keramaian berburu takjil di Jalan Panjang semakin berkurang.
"Dulu ramai banget, antara pedagang padat. Yang jualan juga lebih macam-macam. Dulu banyak pedagang lemang, sekarang mana, sudah enggak ada, paling cuma satu," ucap Nandang (51), pedagang mi juhi yang sudah 21 tahun berdagang di tempat itu.
"Palingan kalau ramai ya 1-2 minggu awal saja. Habis itu sudah, makin tipis. Yang beli juga makin tipis, jadi pedagang juga pada udahan," ungkapnya.