Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Saidi: Kerajaan Sriwijaya Fiktif Sudah Pernah Dibukukan

Kompas.com - 28/08/2019, 16:30 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengaku heran dengan viralnya ucapan dirinya belakangan ini yang menyebut bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan fiktif.

Ridwan mengatakan, hipotesis yang jadi sorotan setelah diunggah di kanal YouTube Macan Idealis tersebut sudah pernah ia sampaikan melalui buku karangannya.

"You klik saja e-book 'Rekonstruksi Sejarah Indonesia dan Kedatangan Islam'. Ada di e-book itu. Siapa saja yang datang ke rumah kan saya oke saja. Dia (YouTuber) ngobrol-ngobrol, terus tertarik Sriwijaya, Tarumanegara," ujar Ridwan ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (28/8/2019).

"Sudah lama saya memikirikan kejanggalan-kejangalannya, sehingga saya mendalami prasasti Kedukan Bukit. Ternyata mereka (arkeolog) salah bahasa," ia menambahkan.

Baca juga: Sebut Sriwijaya Kerajaan Fiktif, Ini Profil Ridwan Saidi

Dikutip dari akses katalog daring Perpustakaan Nasional RI, buku "Rekonstruksi Sejarah Indonesia dan Kedatangan Islam" sudah diterbitkan beberapa kali.

Cetakan ketiganya yang dirilis Yayasan Renaissance pada 2016 lalu, tersimpan 3 jilid di gedung Perpustakaan Nasional.

Ridwan menuding para arkeolog salah menafsirkan prasasti-prasasti yang selama ini jadi rujukan soal jejak-jejak keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Ridwan menganggap, prasasti-prasasti tersebut diukir dalam bahasa Armenia dan sama sekali tak berbicara soal kerajaan.

Anggapan yang sama juga ia arahkan pada proses arkeologis pencarian jejak Kerajaan Tarumanegara. Dengan dalih kekeliruan bahasa, Ridwan Saidi juga menganggap tak ada bukti kuat mengenai keberadaan Kerajaan Tarumanegara. Hal ini pun ia sampaikan dalam video wawancaranya yang diunggah ke YouTube pada 23 Agustus 2019 lalu.

Baca juga: Ridwan Saidi Klaim Sudah 30 Tahun Cari Jejak Kerajaan Sriwijaya

"Yang heboh kok Sriwijaya saja, enggak ada Tarumanagara yang saya bilang fiktif juga. Tarumanegara kan juga saya bilang fiktif," ujar pria 77 tahun itu.

Meski begitu, Ridwan ogah menyalahkan siapa pun soal merebaknya kasus ini dan mengapa hanya klaim bahwa Kerajaan Sriwijaya fiktif yang populer. Ia pun enggan bicara banyak menyangkut rencana pelaporannya ke polisi oleh Yayasan Tandi Pulau.

"Yang mau saya komentarin tentang materi perdebatan saja. Saya tetap akan penuhi panggilan (jika dipanggil) dan akan tetap bicara dalam konteks keilmuan," ia menjelaskan.

"Bicara kesejarahan, saya punya hak untuk mengatakan, dasar-dasar pemikiran sejarang yang dipakai selama ini bahwa Sriwijaya ada itu salah. Saya kan punya argumen," Ridwan menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Curi Uang Korban

Megapolitan
Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Ketua RW Nonaktif di Kalideres Bantah Gelapkan Dana Kebersihan Warga, Klaim Dibela DPRD

Megapolitan
Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Menjelang Pendaftaran Cagub Independen, Tim Dharma Pongrekun Konsultasi ke KPU DKI

Megapolitan
DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

DBD Masih Menjadi Ancaman di Jakarta, Jumlah Pasien di RSUD Tamansari Meningkat Setiap Bulan

Megapolitan
Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Tak Hanya Membunuh, Pria yang Buang Mayat Wanita di Dalam Koper Sempat Setubuhi Korban

Megapolitan
Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Polisi Duga Ada Motif Persoalan Ekonomi dalam Kasus Pembunuhan Wanita di Dalam Koper

Megapolitan
Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Pria di Pondok Aren yang Gigit Jari Rekannya hingga Putus Jadi Tersangka Penganiayaan

Megapolitan
Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Dituduh Gelapkan Uang Kebersihan, Ketua RW di Kalideres Dipecat

Megapolitan
Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Pasien DBD di RSUD Tamansari Terus Meningkat sejak Awal 2024, April Capai 57 Orang

Megapolitan
Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Video Viral Keributan di Stasiun Manggarai, Diduga Suporter Sepak Bola

Megapolitan
Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Terbakarnya Mobil di Tol Japek Imbas Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Berebut Lahan Parkir, Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus

Megapolitan
DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com