Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Ayah dan Anak Pemalsu Buku KIR, Bisnis Belasan Tahun yang Akhirnya Terbongkar

Kompas.com - 19/11/2019, 11:46 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ayah dan anak berinisial BA (67) dan RA (35) sudah mendekam di sel Polres Metro Jakarta Utara karena menjalankan bisnis KIR palsu atau yang biasa disebut KIR aspal.

Mereka berdua menjalankan bisnis pembuatan KIR aspal ini sejak tahun 2007. Saat itu BA bertemu dengan ND yang saat ini masuk dalam DPO polisi.

Waktu itu BA bekerja sebagai calo pembuatan KIR di kantor Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang berada di Ujung Menteng. Ia lantas sering bertemu dengan ND yang juga bekerja sebagai calo.

"Dia (ND) itu dulu memang sering di situ, kalau namanya calo itu kan banyak kalau di tempat KIR itu. Yang namanya hari ke hari tadinya cuma lihat muka, senyum, ngerokok lama-lama kan pasti ngobrol," kata BA yang sedang mengenakan baju tahanannya kepada Kompas.com di Mapolres Metro Jakarta Utara.

Perbincangan demi perbincangan terjadi antara ND dan BA. Hingga akhirnya BA mengetahui bahwa ND bisa membuat KIR aspal yang sangat mirip dengan aslinya.

BA pun tertarik. Berbekal banyak kenalan pemilik-pemilik truk, BA mulai menawarkan jasa pembuatan KIR aspal.

Baca juga: Polisi Tangkap Ayah dan Anak Tersangka Pemalsu Buku KIR

Dulunya BA hanya menawarkan jasa pembuatan, sementara yang mencetak KIR aspal itu adalah ND.

Untuk satu pembuatan KIR aspal, BA menetapkan tarif sebesar Rp 350.000. Dari uang tersebut, sebanyak Rp 200.000 ia berikan kepada ND sebagai upah pembuatan KIR sementara sisanya ia pakai untuk keperluan sehari-hari.

Sementara itu, RA awalnya bekerja sebagai cleaning service di suatu perusahaan. Biasanya ia mendapat shift malam.

Setiap hari, ia mengantar dan menjemput ayahnya ke kantor pelayanan KIR di Ujung Menteng tersebut. Melihat pekerjaan ayahnya, perlahan-lahan RA ikut berkecimpung dalam bisnis KIR ilegal tersebut.

Bahkan ia sampai berhenti dari pekerjaan cleaning service untuk mengikuti pekerjaan ayahnya tersebut.

Sekitar tahun 2017 lalu, RA sempat diajak ND ke tempat pembuatan KIR palsu tersebut. Mereka pergi ke sana dengan sepeda motor, RA yang dibonceng.

Baca juga: Palsukan Buku KIR, Ayah dan Anak Ini Rugikan Negara Rp 10 Miliar

Kepada Kompas.com RA mengaku tidak tahu alamat tempat ia dibawa ND, yang ia sebutkan lokasi tersebut masih di Jakarta.

Ia lantas memperhatikan ND yang sedang mencetak buku dan stiker KIR palsu. Dari sana RA mempelajari bagaimana ND membuat buku KIR aspal tersebut.

Setelahnya, RA mencoba membuat sendiri buku KIR aspal itu. Ia membeli seluruh peralatan yang dibutuhkan kepada ND termasuk blangko dan stiker.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com