Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

P2G Minta Pemda, Orangtua, dan Aparat Lebih Awasi Anak Sekolah Pulang PTM Terbatas

Kompas.com - 07/10/2021, 12:58 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) meminta pemerintah daerah, orangtua, dan aparat setempat lebih mengawasi anak-anak sepulang dari Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di sekolah.

Pengawasan dipastikan untuk mencegah penularan Covid-19 dan tawuran.

“Dari awal P2G sudah merekomendasikan kepada daerah-daerah, aparat dan pemerintah daerah agar pemerintah daerah ini mereka gerak cepat untuk mengawasi anak-anak kita ini pulang sekolah,” kata Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim saat dihubungi, Kamis (7/10/2021).

Baca juga: Ada 69 Kasus Covid-19 di Sekolah, Dindik Kota Tengerang Klaim Tak Orangtua Minta Hentikan PTM

Ia mengatakan, PTM Terbatas saat ini hanya maksimal empat jam. Anak-anak yang nongkrong sepulang PTM Terbatas mesti diawasi.

“Apakah itu melalui Satgas Covid dan atau aparat Satpol PP atau kepolisian. Kan anak-anak ini gampang dideteksi. Mereka pakai celana sekolah, mereka pakai baju seragam sekolah kalau mereka nongkrong-nongkrong-nongkrong melanggar 3M,” kata Satriwan.

“Itu (nongkrong-nongkrong) sudah melanggar SOP kan. Jadi anak-anak kita kalau mereka pulang sekolah bergerombol di titik tertentu itu wajib dibubarkan,” tambah Satriwan.

Ia berharap orangtua juga turut berpartisipasi untuk mengawasi anak-anak sepulang PTM Terbatas. Komunikasi bisa dijalin antara sekolah dan anak.

“Orangtua kan mesti mengawasi di sini harus ada kesadaran, tanggung jawab orangtua terhadap anaknya sepulang sekolah. Kalau anaknya belum pulang, kan sudah ada jadwal. Jam 11 pulang sekolah, sampai setengah 12, jam 12, setengah 1 belum pulang juga, ka. orangtua perlu mengawasi juga,” kata Satriwan.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Digelar, Pelajar Malah Tawuran di Lenteng Agung

Ia menekankan bahwa orangtua perlu mengawasi dan meminta anaknya langsung pulang setelah PTM Terbatas.

Hal itu menghindari pelanggaran protokol kesehatan dan mencegah tawuran.

“Itu jangan sampai terjadi, dan jangan sampai pihak sekolah itu yang disalahkan. Kami berharap betul ya karena pihak sekolah punya keterbatasan untuk mengawasi anak-anak itu sampai di pintu gerbang saja. Sepulang dari sekolah sepenuhnya dari orangtua sebenarnya,” ujar Satriwan.

Fenomena tawuran pelajar saat Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas mencuat di sejumlah wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Pelajar berseragam bahkan nekat membawa senjata tajam saat tawuran.

Peristiwa tawuran saat PTM Terbatas muncul kali pertama di Tangerang, Banten pada Senin (30/8/2021) malam. Polisi berhasil mengamankan 70 orang yang belum sempat tawuran.

Di Kota Bogor beberapa waktu lalu juga sempat diamankan sejumlah pelajar lantaran diduga sedang mencari musuh untuk tawuran. Mereka pun membawa senjata tajam.

Terbaru, terjadi di Jalan Raya Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Senin (4/10/2021). Sejumlah pelajar berlarian dan sebagiannya membawa senjata tajam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com