Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluhan Pedagang Pasar yang Sulit Dapatkan Stok Minyak Goreng Murah...

Kompas.com - 03/02/2022, 09:41 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perdagangan memberlakukan aturan harga eceran tertinggi (HET) untuk minyak goreng curah hingga kemasan premium, yang mulai berlaku Selasa (1/2/2022).

Untuk minyak goreng curah, HET sebesar Rp 11.500 per liter. Harga minyak goreng kemasan sederhana Rp 13.500 per liter, dan harga minyak goreng kemasan premium Rp14.000 per liter.

Turunnya harga minyak goreng ini tentu disambut gembira oleh masyarakat. Namun, aturan ini dikeluhkan sejumlah pedagang di pasar karena stok tidak mendukung.

Baca juga: Kebijakan HET Baru Diterapkan, Stok Minyak Goreng di Pasar Serpong Tangsel Kosong

Pedagang minyak goreng di Pasar Slipi, Jakarta Barat, hingga Rabu (2/2/2022), masih kesulitan mendapatkan stok minyak goreng murah dari distributor.

Salah satu pedagang, Syawal, mengaku baru sekali mendapatkan stok minyak goreng kemasan dengan harga murah dari distributor.

"Saya baru sekali ini dapat jatah dari distributor, dapat yang kemasan 2 liter. Itu pun didata siapa saja yang dapat, mungkin toko lainnya juga begitu," kata Syawal, kepada wartawan, Rabu

Selain itu, ia hanya mendapat satu dus minyak goreng kemasan dengan harga murah karena pembelian dibatasi oleh distributor.

"Tapi dijatah hanya dapat satu dus dari distributor. Jadi saya cuma dapat minyak kemasan ukuran 2 liter satu dus, isinya enam," jelas Syawal.

Syawal mengatakan, minyak goreng kemasan dengan harga tersebut pun langsung ludes dalam hitungan menit setelah diantar distributor.

"Tadi habis 15 menit, baru datang langsung habis. Cuma ada enam kemasan," kata dia.

Baca juga: Pedagang di Pasar Slipi Sulit Dapat Stok Minyak Goreng Murah: Dijatah 1 Dus dari Distributor

Di sisi lain, ia melihat, masih banyak pedagang yang menjual minyak goreng harga lebih tinggi karena tidak kebagian stok.

"Saya lihat masih ada pedagang yang menjual stok lama yang harga Rp 20.000 sampai Rp 21.000. Itu jelas enggak laku, soalnya orang mencari yang harga Rp 14.000 atau paling mahal Rp 16.000," kata Syawal.

Dalam keadaan demikian, Syawal mengatakan, pedagang mau tidak mau harus rugi.

Kelangkaan stok minyak murah dari distributor juga dirasakan Totok, pedagang sembako di Pasar Kalideres.

Hingga kini, Totok mengaku sama sekali belum pernah mendapat stok minyak goreng murah dari distributor.

"Saya selama ini belum dapat minyak goreng murah. Jujur, selama ini saya cuma dengar doang kalau ada minyak murah, tapi enggak pernah lihat ada stoknya. Jadi seperti aturan bohongan," kata Totok saat dihubungi.

Lantaran tak ada stok minyak goreng murah dari distributor, ia pun terpaksa menjual minyak goreng dengan harga lama.

"Jadi saya masih jual Rp 19.000, kalau ukuran 2 liter harganya Rp 38.000," imbuh Totok.

Baca juga: Pedagang Akui Dapat Laba dengan Menjual Minyak Murah, tetapi Stok Sedikit

Keadaan ini diakui Totok membuat pedagang seperti dirinya dalam keadaan serba buntung. Sebab, minyak goreng yang ia beli dengan harga normal dari distributor itu menjadi tak laku.

"Program harga ini bikin bangkrut agen dan pedagang, soalnya kita yang punya stok lama kan jadi enggak laku," kata dia.

Situasinya pun semakin tercekik dengan adanya razia pemerintah terhadap pedagang yang menjual minyak goreng dengan harga lebih tinggi.

"Sementara, operasi pasar digelar jor-joran di mana-mana. Padahal, saya saja rugi, enggak laku, enggak ada yang mau beli karena ada minyak yang lebih murah," ujarnya, mengeluh.

Strategi dagang

Menyikapi keadaan ini, Syawal mengatakan, pedagang memang harus pandai menjalankan strategi bisnis.

Sebab, mereka menjual barang dagangan yang harganya mudah naik dan turun, seperti minyak goreng.

"Balik lagi ke strategi pedagang, sebaiknya di waktu harga minyal mahal, jangan ambil banyak. Kalau ambil banyak, pas harga turun begini kan repot," ucap Syawal.

Seperti strategi yang ia lakukan. Syawal memilih untuk tidak mengambil minyak goreng harga lebih tinggi, meskipun lapak dagangannya kosong.

Hal ia lakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

"Saya mending kosong, daripada nanti harga turun jauh dan rugi terlalu gede," kata Syawal.

Baca juga: Keluhan Pedagang soal Minyak Goreng Murah: Stok Sedikit, Barang Lama Tak Laku, Bikin Bangkrut

Namun, ia menyiasati kekosongan lapak dengan menjual minyak curah untuk dijual eceran kepada pelanggan.

"Kalau saya pribadi, enggak ada stok lama. Cuma stok curah buat pelanggan saja. Stoknya satu jeriken, jadi laku-laku saja karena langganan. Terkadang, ada pedagang makanan yang harus beli biarpun harga mahal," pungkas dia.

Kalau ada stok, pedagang untung

Di sisi lain, Syawal mengatakan, jika stok minyak goreng murah memadai, maka pedagang pasar sepertinya bisa mendapat laba lebih dengan menjual minyak sesuai HET.

Kata dia, keuntungan bisa diperoleh karena minyak yang ia jual dengan harga murah telah disubsidi oleh pemerintah.

"Saat menjual dengan harga Rp 40.000 per dua liter, saya ambil untung hanya Rp 2.000. Saat menjual kemasan yang sama seharga Rp 28.000, tetap saya ambil untung Rp 2.000. Ambil keuntungannya sama saja, tapi modal jadi lebih kecil," jelas Syawal.

Jika stoknya ada, lanjut Syawal, tidak hanya konsumen yang diuntungkan, pedagang pun ikut merasakan manfaatnya.

Ia pun berharap, stok minyak goreng murah untuk pedagang seperti dirinya bisa segera terkendali.

"Harapannya ya stok ke pasar lebih banyak, lebih bagus. Buktinya saya jual yang itu kayaknya lebih cepat laku kalau yang Rp 14.000. Syukur-syukur ada yang curah gitu, katanya harganya Rp 11.500," pungkas Syawal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ulah Jukir di Depan Masjid Istiqlal yang Berulang, Kini Palak “Tour Leader” Rp 300 Ribu dan Sopir Bus

Ulah Jukir di Depan Masjid Istiqlal yang Berulang, Kini Palak “Tour Leader” Rp 300 Ribu dan Sopir Bus

Megapolitan
Heru Budi Sebut Penjarah Aset Rusunawa Marunda Sudah Dihukum, Warga: Belum Ada Penangkapan

Heru Budi Sebut Penjarah Aset Rusunawa Marunda Sudah Dihukum, Warga: Belum Ada Penangkapan

Megapolitan
Dibakar Joki Tong Setan, Pemeran Tuyul Rumah Hantu Alami Luka Bakar 40 Persen

Dibakar Joki Tong Setan, Pemeran Tuyul Rumah Hantu Alami Luka Bakar 40 Persen

Megapolitan
Panitia PPDB Jakut Ingatkan Tak Ada Jalur Zonasi untuk Jenjang SMK

Panitia PPDB Jakut Ingatkan Tak Ada Jalur Zonasi untuk Jenjang SMK

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Ternyata Belum Laporkan Kasus Penjarahan, Masih Lengkapi Berkas

Pengelola Rusunawa Marunda Ternyata Belum Laporkan Kasus Penjarahan, Masih Lengkapi Berkas

Megapolitan
Akhirnya PKS Usung Anies dan Kader Sendiri pada Pilkada Jakarta 2024

Akhirnya PKS Usung Anies dan Kader Sendiri pada Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pengalaman Buruk Rombongan Bandung Dikejar, Dipalak, dan Diancam Preman Jakarta Gara-gara Parkir

Pengalaman Buruk Rombongan Bandung Dikejar, Dipalak, dan Diancam Preman Jakarta Gara-gara Parkir

Megapolitan
Dapat Restu Maju Pilkada Bogor, Atang Trisnanto Kuatkan Tim Pemenangan

Dapat Restu Maju Pilkada Bogor, Atang Trisnanto Kuatkan Tim Pemenangan

Megapolitan
Berbagai Kendala Kartu Keluarga Saat PPDB Jalur Zonasi, Anak Baru Pindah KK Tak Terbaca Sistem

Berbagai Kendala Kartu Keluarga Saat PPDB Jalur Zonasi, Anak Baru Pindah KK Tak Terbaca Sistem

Megapolitan
Teganya 'Wedding Organizer' Tipu Calon Pengantin di Bogor, Tak Ada Dekorasi di Hari Resepsi

Teganya "Wedding Organizer" Tipu Calon Pengantin di Bogor, Tak Ada Dekorasi di Hari Resepsi

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 26 Juni 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 26 Juni 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 26 Juni 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta Hari Ini 26 Juni 2024

Megapolitan
Pemerintah Diminta Tunjuk Perumnas untuk Kelola Rumah Subsidi agar Tepat Sasaran

Pemerintah Diminta Tunjuk Perumnas untuk Kelola Rumah Subsidi agar Tepat Sasaran

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Rumah Subsidi Pemerintah di Jarah, Pengamat : Bank dan Pemilik Tak Peduli Nilai Bangunan | Calon Pengantin Ditipu WO

[POPULER JABODETABEK] Rumah Subsidi Pemerintah di Jarah, Pengamat : Bank dan Pemilik Tak Peduli Nilai Bangunan | Calon Pengantin Ditipu WO

Megapolitan
Pemerintah Diminta Evaluasi dan Coret Pengembang Rumah Subsidi yang Bermasalah

Pemerintah Diminta Evaluasi dan Coret Pengembang Rumah Subsidi yang Bermasalah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com