Tak hanya karena didikan orangtua yang membuat Yahya melanjutkan berdakwah sebagai guru ngaji.
Sekitar 2010, Yahya mendapat pesan dari salah satu guru di Panti Asuhan Darussalam, Pinang, tempat dia juga mengajar.
Gurunya saat itu berkeinginan membuat Yahya menjadi seorang Abu Nawas modern. Pada saat yang bersamaan, Yahya terinspirasi oleh Rhoma Irama yang berdakwah melalui musik.
Kemudian, Yahya memutuskan untuk berdakwah menggunakan kostum badut.
"(Gurunya Yahya bilang) 'kamu mengajar ngaji menggunakan kostum badut'. Akhirnya ya aku mengikuti saran guru, takzim, aku ikuti," ungkapnya.
Tak mudah untuk menjadi seorang guru ngaji yang berkostum badut. Cemoohan dari tetangga, masyarakat, bahkan keluarganya ia terima setiap kali mengajar ngaji berkostum badut, berwajah penuh riasan, dan bersosok periang.
Baca juga: Kisah Guru Ngaji Iskandarsyah, Bangun Tempat Mengajar dengan Berutang, Kini Punya 90 Murid
Akan tetapi, cemoohan itu tak lantas mengurungkan niat Yahya berdakwah dengan berkostum badut. Gaya seperti itu ia teruskan karena perkembangan zaman.
"Saya melihat perkembangan zaman juga, yang mana anak-anak ini kan lebih cenderung kepada gadget. Kedua, bahasanya kan yang Masya Allah luar biasa," papar Yahya.
"Saya pengin badut ini menjadi figur buat anak-anak, yang mencontohkan, mengajak mereka beradab, beretika yang baik, berakhlak. Setidaknya ada dakwah saya yang saya sisipkan," imbuh dia.
Yahya saat ini mengajar di beberapa tempat yang berbeda. Ia meneruskan berdakwah di kediamannya, di Panti Asuhan Darussalam, dan beberapa tempat lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.