Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tari Walijamaliha, Tarian Tradisional Banten

Kompas.com - 04/05/2022, 03:15 WIB
Tari Oktaviani,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tari Walijamaliha merupakan seni tari tradisional yang berasal dari Banten. Tarian ini baru ada pada tahun 2010. Tarian ini ditarikan oleh wanita yang mengenakan kostum sopan dan tidak terbuka.

Gerakan tarian ini cenderung cepat, lincah yang menggambarkan warga Banten yang riang, ramah, dan enerjik namun juga tetap agamis. Perpaduan Tari Walijamaliha menggunakan budaya Jawa, budaya Sunda, Etnis Cina, India dan Arab.

Perpaduan budaya tersebut menunjukan bahwa adanya keanekaragaman di wilayah Banten. Namunbeitu tetap bisa hidup bersama satu wilayah secara rukun.

Asal Muasal Tari Walijamaliha

Melansir dari sebuah penelitian, tarian ini diresmikan pada 5 November 2010 di Anyer dalam acara Festival Anyer kala itu.

Tari Walijamaliha sengaja diciptakan oleh beberapa seniman Banten atas gagasan dari Gubernur Provinsi Banten, Ratu Atut Chosiyah dan Kadisbudpar Provinsi Banten Egi Djanuiswati.

Keduanya memang sengaja ingin provinsinya memiliki tarian selamat datang yang memang sebelumnya tidak dimiliki oleh Provinsi Banten. 

Baca juga: Tema Literal dan Nonliteral dalam Seni Tari

Gerakan Tari Walijamaliha

Tari Walijamaliha menyajikan gerakan-gerakan yang indah sebagai bentuk deskripsi akan tatanan kehidupan masyarakat setempat. Tarian ini juga menampilkan mozaik budaya Sunda. 

Gerakan Tari Walijamaliha cenderung lincah dan cepat. Hal itu menggambarkan warga Banten yang riang, ramah, dan enerjik namun juga tetap religius.

Di dalam tarian ini terdapat dua puluh ragam gerak tari yang muatan geraknya berasal dari kesenian-kesenian daerah di Provinsi Banten.

Properti Tari Walijamaliha

Penari Walijamaliha menggunakan rias yang tidak terlalu mencolok. Busana yang digunakan pun cenderung bernuansa religi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar masyarakat Provinsi Banten memeluk agama Islam.

Pemilihan warna yang digunakan adalah warna biru, pink (merah muda), hitam dan hijau. Dari warna tersebut memiliki artinya masing-masing, seperti halnya warna biru yang memiliki makna bahwa masyarakat Banten adalah masyarakat yang penuh akan kasih sayang.

Warna pink atau merah muda bermakna daerah yang telah mengalami akulturasi budaya dengan etnis Cina yang berkembang di Banten.

Warna hitam adalah warna yang memiliki makna tentang kekuatan. Lalu warna hijau mengandung makna filosofis Islami dan kebijaksanaan.

Referensi: 

  • Fewin, Amanda. (2013). Tan Walijamaliha Di Sanggar Bina Seni Tari Raksa Budaya Kota Serang Provinsi Banten. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com