JAKARTA, KOMPAS.com - Mak Mben, seorang nenek yang hidup sebatang kara di rumahnya di Tambora, Jakarta Barat rupanya pernah berdagang nasi uduk.
Namun, dia tak lagi melanjutkan usahanya tersebut setelah menjalani operasi di kaki kirinya.
Perempuan pemilik nama asli Benah ini biasa berdagang di dekat minimarket, tak jauh dari rumahnya.
Baca juga: Kisah Mak Mben, Hidup Sebatang Kara di Rumah Penuh Sampah
Mak Mben menggunakan gerobak kayu untuk membawa nasi uduk dan gorengan yang dijualnya.
Dengan bantuan anak tetangganya untuk membawa gerobak itu, Mak Mben menggelar lapak sejak sore hari.
"Sore doang jualan, jam 16.00 WIB keluar habis Maghrib udah pulang. Kadang Mak enggak dagang," kata Mak Mben saat ditemui di kediaman keponakannya di Tambora, Jumat (10/2/2023).
Mak Mben mengaku daganga nasi uduk dan gorengannya tak selalu laku. Dalam sehari, dia hanya mendapatkan untung sekitar Rp 100.000.
Kendati begitu, perempuan berusia 76 tahun itu merasa bersyukur dengan kondisinya.
Baca juga: 5 RT di Jakarta Timur Terendam Banjir akibat Luapan Kali Ciliwung
Mak Mben bahkan sering memberi nasi uduk gratis apabila ada yang meminta.
"Saya mah terserah siapa saja yang minta makan, minta nasi orang yang lewat bilang 'Bu lapar Bu' dikasih dan dibungkusin. Yang penting dia minta," tutur dia.
Mak Mben mengaku ikhlas membagi-bagikan nasi uduk dan gorengan secara gratis.
Dia menganggap hal ini sebagai sedekah dan "bekal" di akhirat nanti.
Selain itu, Mak Mben juga kerap mengizinkan tetangganya untuk berutang jika tak memiliki uang untuk membayar.
Baca juga: Polisi Akan Bentuk Tim Gabungan untuk Minimalisir Kasus Bentrok di Raffles Hills Depok Terulang
"Kalau ada yang utang, ditagih bayar syukur, kalau enggak juga udah. Kadang enggak pernah nagih. Mak suka enggak inget siapa yang punya utang," ucap dia.
"Tapi yang punya utang inget, dia bayar. Sekarang mah udah enggak dagang apa-apa, sudah pasrah lah, sudah tua," sambung Mak Mben.
Ketika tubuhnya masih kuat, Mak Mben memasak sendiri nasi uduk dan aneka gorengan di rumahnya yang sudah reyot.
Di area dapur yang berada satu ruangan dengan kamar mandi dan kamar tidur, nenek ini memasak semua dagangannya menggunakan kompor minyak.
"Dulu masih sehat, saya masak sendiri di rumah. Pakai kompor minyak, enggak pakai kompor gas. Ada kompor gas dari pemerintah, tapi saya enggak berani pakai," imbuh Mak Mben.
Baca juga: Perempuan yang Dianiaya di Tol Jakarta-Merak Jalani Trauma Healing
Beberapa waktu lalu, Dinas Sosial datang ke rumahnya untuk merenovasi hunian yang tak laik itu.
Mak Mben mengaku senang rumahnya direnovasi karena selama ini dia menempati rumah yang kotor dan sempit.
"Kemarin dapat spring bed sama lemari dari Bu Ela. Rumah juga yang urus Bu Ela, dirapiin. Kasihan katanya nenek-nenek," tutur Mak Mben.
Dia pun senang lantaran banyak orang yang mengunjunginya, beberapa hari ke belakang. Para warga meminta agar Mak Mben untuk menunggu rumahnya yang tengah diperbaiki.
"Alhamdulillah lah yang nengokin banyak, ada Bu RT, Bu Lurah, Bu RW. Pada nengokin emak. 'Emak jangan banyak pikiran' katanya 'rumah mah biarin tahu-tahu rapi aja'," ujar Mak Mben menirukan percakapannya dengan ketua RW hingga lurah setempat.
Baca juga: Kawasan Kota Tua Bersih dari PKL, Satpol PP Ancam Sita Permanen Lapak Pedagang yang Bandel
Mak Mben sebelumnya pernah tinggal satu atap dengan anak dan cucunya.
Mak Mben menyampaikan, anaknya yang berinisial B sudah meninggal dunia sekitar satu tahun lalu.
B diketahui meninggal saat mendekam di dalam jeruji besi karena kasus pelecehan seksual terhadap anak.
Sepengetahuan Mak Mben, cucunya yakni A, sedang berada di pesantren. Air matanya tampak berlinang ketika menceritakan sosok A.
"Katanya A di Pesantren. Kata adik saya 'enggak usah ngurusin A, dia anak lalaki ini'. Yang penting kita doain aja supaya dia selamat, biar sehat," sebut Mak Mben.
Baca juga: Pengemudi Fortuner Tabrak dan Merusak Mobil Taksi Online di Senopati dengan Airsoft Gun
Berdasarkan penuturan tetangganya, A sesungguhnya berada dipenjara sejak tiga bulan lalu karena mengonsumsi narkoba jenis sabu.
Keluarga maupun tetangga tak memberitahu fakta tersebut kepada Mak Mben lantaran tak ingin dia khawatir.
Usai anak dan cucunya tak lagi tinggal di rumah kumuh itu, nenek tersebut pun hidup sendirian.
Kompas.com juga sempat menengok ke dalam rumah Mak Mben yang sedang direnovasi oleh kuli bangunan dan petugas PPSU.
Suasana di rumah Mak Ben sangat gelap, dan pengap. Untuk masuk ke rumahnya, hanya ada satu jalan sempit yang muat dilewati satu orang saja.
Saat memasuki area dalam rumah Mak Mben, tampak petugas sedang membenahi kamar mandi dan dinding-dinding rumah.
Aroma pesing tikus seketika menguar di dalam ruangan itu.
Terlihat pula tangga kayu yang dijadikan sang pemilik untuk ke ruangan di lantai atas.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.