JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga dari 10 mesin pompa air yang ada di Rumah Pompa Waduk Pluit dalam kondisi rusak.
Sebagai informasi, Waduk Pluit diperkirakan mampu menampung volume air sekitar 3 juta meter kubik. Infrastruktur ini dilengkapi dengan 10 pompa berkapasitas 49 meter kubik per detik.
Selain itu, rumah pompa Waduk Pluit dilengkapi dengan Tanggul National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Saat ini, tiga mesin pompa yang rusak tersebut tak memengaruhi kinerja tujuh mesin lainnya untuk mengantisipasi potensi banjir akibat curah hujan tinggi di Ibu Kota.
"Kalau untuk kondisi curah hujan untuk DKI, kemungkinan masih mampu," kata petugas Rumah Pompa Waduk Pluit, Muji, saat ditemui Kompas.com, Rabu (1/1/2023).
Namun, Muji tak memungkiri bahwa sesekali Rumah Pompa Waduk Pluit kewalahan saat menghadapi air kiriman dan hujan dengan intensitas tinggi secara bersamaan.
Baca juga: Jakarta Utara Punya Rumah Pompa Waduk Pluit, Ini Fungsinya
"Kadang kan yang tidak terbendung ini (air) kiriman, kiriman belum selesai, Jakarta terkena curah hujan yang tinggi. Yang bikin kewalahan itu," ucap Muji.
Lebih lanjut Muji memastikan bahwa tiga mesin pompa mengalami kerusakan itu sedang dalam masa perbaikan.
Sebagai informasi, kerusakan tiga mesin pompa di Rumah Pompa Waduk Pluit terjadi saat ketinggian air mencapai 50 sentimeter beberapa hari lalu.
"Kalau untuk saat ini memang ada perbaikan di pompa yang tengah. Jadi operasi untuk saat ini hanya 7 unit. Jadi, yang 3 ini lagi ada perbaikan," kata Muji.
Baca juga: 3 Rumah Pompa Waduk Pluit Rusak karena Sedot Banjir yang Bercampur Sampah
Selain faktor usia pemakaian, kerusakan pompa air di Rumah Pompa Waduk Pluit juga disebabkan oleh korosi dari air laut dan sampah.
"Selain pemakaian, ya kondisi air, karena kita berhadapan langsung sama air laut ada korosi air asin. Yang kedua, ya sampah itu utama. Karena pompa itu kan kerusakan paling banyak dari sampah," ungkap Muji, yang sudah bekerja 10 tahun terakhir di Rumah Pompa Waduk Pluit.
Oleh karena itu, Muji mengimbau masyarakat agar tidak membuant sampah ke bantaran dan atau dalam sungai di Jakarta.
"Karena, mau bagaimana lagi? Masyarakat kesadaran untuk tidak membuang sampah di kali (sungai) masih susah. Masalahnya itu saja," ujar Muji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.