Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Ida Dayak, Pengamat: Pengobatan Alternatif Masih Jadi Bagian dari Tradisi Indonesia

Kompas.com - 07/04/2023, 12:23 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan orang memadati area gelanggang olahraga (GOR) Madivif 1 Kartika, Kostrad Cilodong, Depok, pada Senin (3/4/2023).

Mereka datang dari berbagai daerah tumpah ruah di area lapangan Kostrad Cilodong sejak pagi. Mereka sengaja hadir untuk menjalani pengobatan alternatif Ida Dayak.

Namun, pelaksanaan pengobatan alternatif itu terpaksa dibatalkan karena mereka yang menyesaki lapangan terbuka itu ricuh saat Ida Dayak datang sekitar pukul 16.45 WIB.

Baca juga: Soal Pengobatan Ida Dayak, Panglima: Itu Bagian dari Bakti Sosial TNI

Melihat fenomena itu, pengamat sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, menjelaskan ada alasan masih banyak orang masih percaya pengobatan alternatif berdasarkan historis.

Menurut Devie, pengobatan dengan pendekatan alternatif merupakan sesuatu yang dekat dengan tradisi Indonesia sebagaimana yang juga banyak diketahui soal pengobatan herbal, terapi pijat dan sebagainya.

"Kita sudah mengenal lebih lama. Dari kita lahir, keseharian kita. Ini bagian yang disebut sebagai kearifan sosial. Sehingga familiarity atau kedekatan atau proximity dengan metode itu akan selalu membuat kita mudah percaya jadi bagian pengobatan yang baik untuk diperhatikan," tutur Devie kepada Kompas.com, Kamis (6/4/2023).

Baca juga: Siapa Sosok Ida Dayak yang Didatangi Pasien dari Berbagai Belahan Indonesia untuk Berobat?

Di sisi lain, Devie juga melihat ada alasan naturalis sehingga membuat masyarakat masih mengandalkan pengobatan alternatif. Sebagian orang melihat pengobatan alternatif itu lebih dekat dengan metode alami.

"Ada yang merasa bahwa pakai alternatif lebih natural, bebas dari penggunaan bahan kimia yang bisa merusak tubuh," kata Devie.

Selain itu, tak sedikit pula orang yang berpikir bahwa kesembuhan itu harus dicapai secara holistis. Artinya, ketika ingin sembuh, maka tujuannya bukan hanya fisik, tapi mental, jiwa, hingga spiritualitas.

"Dalam pengobatan alternatif itu, satu orang dianggap bisa mengobati segala hal. Sehingga bagi sebagian orang menilai ini pendekatan yang sempurna karena satu orang bisa obati semuanya," tutur Devie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com