JAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan orang memadati area gelanggang olahraga (GOR) Madivif 1 Kartika, Kostrad Cilodong, Depok, pada Senin (3/4/2023).
Mereka datang dari berbagai daerah tumpah ruah di area lapangan Kostrad Cilodong sejak pagi. Mereka sengaja hadir untuk menjalani pengobatan alternatif Ida Dayak.
Namun, pelaksanaan pengobatan alternatif itu terpaksa dibatalkan karena mereka yang menyesaki lapangan terbuka itu ricuh saat Ida Dayak datang sekitar pukul 16.45 WIB.
Melihat fenomena itu, pengamat sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, menjelaskan ada alasan masih banyak orang masih percaya pengobatan alternatif berdasarkan historis.
Menurut Devie, pengobatan dengan pendekatan alternatif merupakan sesuatu yang dekat dengan tradisi Indonesia sebagaimana yang juga banyak diketahui soal pengobatan herbal, terapi pijat dan sebagainya.
"Kita sudah mengenal lebih lama. Dari kita lahir, keseharian kita. Ini bagian yang disebut sebagai kearifan sosial. Sehingga familiarity atau kedekatan atau proximity dengan metode itu akan selalu membuat kita mudah percaya jadi bagian pengobatan yang baik untuk diperhatikan," tutur Devie kepada Kompas.com, Kamis (6/4/2023).
Di sisi lain, Devie juga melihat ada alasan naturalis sehingga membuat masyarakat masih mengandalkan pengobatan alternatif. Sebagian orang melihat pengobatan alternatif itu lebih dekat dengan metode alami.
"Ada yang merasa bahwa pakai alternatif lebih natural, bebas dari penggunaan bahan kimia yang bisa merusak tubuh," kata Devie.
Selain itu, tak sedikit pula orang yang berpikir bahwa kesembuhan itu harus dicapai secara holistis. Artinya, ketika ingin sembuh, maka tujuannya bukan hanya fisik, tapi mental, jiwa, hingga spiritualitas.
"Dalam pengobatan alternatif itu, satu orang dianggap bisa mengobati segala hal. Sehingga bagi sebagian orang menilai ini pendekatan yang sempurna karena satu orang bisa obati semuanya," tutur Devie.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/04/07/12231931/fenomena-ida-dayak-pengamat-pengobatan-alternatif-masih-jadi-bagian-dari