Berapa pun hasilnya, Alek memastikan akan tetap pulang pada malam takbir untuk merayakan momen Lebaran bersama keluarga.
"Iya (berapa pun penghasilannya). Intinya, kalau misalnya kami enggak punya uang untuk balik, ya bagaimana caranya bisa sampai Bogor, entah numpang dengan mobil bak terbuka," ujar Alek.
Baca juga: Eksistensi Orang Batak di Balik Bisnis Tukar Uang Baru di Jakarta Jelang Lebaran
Sayangnya, tahun ini tidak seberuntung tahun-tahun sebelumnya. Penjualan amplop Lebaran kali ini menurun.
"Kalau dagang sih enggak ada yang bisa menentukan. Jadi, dagang itu kalau lagi ramai, ya ramai. Cuma, kalau tahun sekarang itu, lagi susah-susahnya. Tahun ini doang, kalau tahun kemarin enggak," ungkap Alek.
Lebaran tahun-tahun lalu, pembeli amplop Lebaran sudah ramai pada hari kedua atau ketiga mereka berjualan. Tetapi, sekarang sudah berhari-hari berjualan, hasilnya tetap mengecewakan.
"Ibaratnya, kami satu hari Rp 100.000. Paling sekarang Rp 30.000. Anjlok jauh banget, lebih dari 50 persen," ucap Alek yang kebingungan soal penyebab dagangannya kurang laku keras dibandingkan era Covid-19 masih mewabah di Tanah Air.
Tentu hidup Alek dan kawan-kawan masih terus berjalan. Sekarang gagal, besok usaha lebih keras lagi. Begitu kata Alek yang pada Jumat sore ini akan pulang ke rumahnya di Bogor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.