JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang ibu rumah tangga (IRT) di RT 010/RW 02 Kelurahan Rawa Badak Utara, Habibah (53) mengeluhkan soal pengeluarannya per bulan di tengah krisis air bersih yang melanda wilayahnya sejak hampir dua tahun terakhir.
Terlepas dari biaya tagihan PAM Jaya per bulan, Habibah dan warga yang lain harus saweran untuk mengoperasikan mesin pompa air.
"Iya, iuran juga (biaya bensin mesin). Kita sudah bayar PAM, tetap saja kita harus iuran," ujar Habibah saat berbincang dengan Kompas.com pada Senin (12/6/2023).
Baca juga: Selalu Bayar Tagihan meski Krisis Air Bersih, Emak-emak Rawa Badak Utara: Belum untuk Biaya Sekolah Anak...
"Ya jelas merugikan. Kita harus bayar PAM juga, tapi malah nunggu alkon (pompa air). Alkon kadang nyala, kadang enggak. Namanya keikhlasan orang, kan capek juga pasang alkon," tutur Habibah melanjutkan.
Habibah menjelaskan, mesin alkon merupakan salah satu solusi dari pihak PAM Jaya di tengah krisis air bersih di RW 05 dan RW 02 Rawa Badak Utara.
"Dibikin Alkon karena, katanya pipa yang ada di kita lebih tinggi daripada dia. Jadi, dari dia itu airnya enggak bisa ke kita. Jadi, solusinya pakai Alkon. Jadi airnya dipompa dari sana," ucap Habibah.
Dia menjelaskan, warga setempat beberapa kali sudah melaporkan tentang permasalahan krisis air ini.
Baca juga: Krisis Air Bersih di Rawa Badak Utara, Warga Sampai Kesulitan Mandikan Jenazah
Hanya saja, tidak ada tindak lanjut oleh PAM Jaya. Air hanya mengalir di waktu tertentu saja.
Kualitasnya pun tidak layak dikonsumsi karena kotor, bau, asin, dan berminyak.
"Orangnya nengok (ke sini) doang. Ya sudah, enggak ada perbaikan. Enggak ada (tindak lanjut). Ya kalau ada perubahan, enggak seperti ini (masih mati), air bakal mengalir. Ini kan enggak berubah," ungkap Habibah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.