JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang ibu rumah tangga (IRT) di RT 010/RW 02 Kelurahan Rawa Badak Utara, Habibah (53) mengaku selalu bayar tagihan per bulan PAM Jaya meski air bersih di wilayahnya tidak layak.
Oleh karena itu, Habibah yang baru saja ditinggal suaminya pada Maret 2023 ini mengeluhkan besaran biaya yang dikeluarkan per bulan, padahal pemasukannya tidak seberapa.
"Belum biaya sehari-hari. Sebenarnya untuk bayar per bulan enggak cukup, kan masih ada anak yang sekolah, satu," kata Habibah saat berbincang dengan Kompas.com pada Senin (12/5/2023).
Baca juga: Krisis Air Bersih di Rawa Badak Utara, Warga Sampai Kesulitan Mandikan Jenazah
Ibu empat orang anak ini kini hanya bisa mengandalkan pemasukan per bulan dari berjualan di depan rumah. Ia tidak tahu lagi mencari uang dari mana.
"Apalagi anak sekolah swasta. Ini saja kemarin ujian saja duit. Swasta kan semesterannya harus bayar," tutur Habibah.
Sebelumnya, Habibah bercerita, ia dan keluarga kebingungan saat salah satu anggota keluarganya meninggal dunia.
Sebab, mereka harus memandikan jenazah suami Habibah di tengah krisis air bersih.
"Ya sedih, Mas. Posisi bingung mau bagaimana? Kan sulit air bersih. Jad, mau memandikan jenazah enggak ada air, susah," kata Habibah.
Baca juga: Hampir 2 Tahun Krisis Air Bersih, Warga Rawa Badak Utara Tetap Bayar Tagihan Per Bulan
Saat itu, untungnya keluarga dan warga yang lain saling membantu. Mereka mencari penjual air bersih yang biasa masuk ke jalan-jalan kecil.
Terpaksa, Habibah harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli 12 jeriken air bersih agar pendamping hidupnya layak dikebumikan menurut ajaran Islam.
Dia menjelaskan, warga setempat sudah beberapa kali melaporkan tentang permasalahan krisis air ini.
Hanya saja, tidak ada tindak lanjut oleh PAM Jaya. Air hanya mengalir di waktu tertentu.
Baca juga: Krisis Air Bersih di Rawa Badak Utara, Warga Sampai Beli Air ke Kelurahan Lain
Kualitasnya pun tidak layak dikonsumsi karena kotor, bau, asin, dan berminyak.
"Orangnya nengok (ke sini) doang. Ya sudah, enggak ada perbaikan. Enggak ada (tindak lanjut). Ya kalau ada perubahan, enggak seperti ini (masih mati), air bakal mengalir. Ini kan enggak berubah," ungkap Habibah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.