Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melestarikan Budaya Anyaman Pandan Turun Menurun di Pantai Cermin Kanan Sumatera Utara...

Kompas.com - 16/06/2023, 10:37 WIB
Xena Olivia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah wanita berusia remaja hingga paruh baya sibuk menganyam pandan di Menday Gallery and Souvenir, Desa Pantai Cermin Kanan Dusun III, Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Saat Kompas.com menilik lebih dekat, salah satu kelompok remaja yang duduk bersila sedang membuat kotak tisu.

Mereka melapisi kertas duplex yang telah dipotong sesuai ukuran dengan anyaman pandan, lalu dirangkai membentuk balok.

Baca juga: Berkunjung ke Pantai Cermin Kanan, Desa yang Kaya Budaya dan Gudang Perajin Anyaman di Sumut

Di sudut ruangan, pendiri Kelompok Perempuan Kanan Kreatif (KPKK) yang menjadi pengelola Menday Gallery and Souvenir, Eva Harlia, sedang menatap rak yang memajang produk hasil anyaman.

Ketika dihampiri, Eva menjelaskan, rentang harga produk anyaman pandan buatan mereka berkisar Rp 2.500 hingga Rp 150.000. Tergantung jenis produknya.

“Yang termurah Rp 2.500 berupa gantungan kunci sampai Rp 50.000 untuk suvenir. Kalau untuk tas dari harga Rp 50.000 sampai Rp 150.000,” kata Eva saat berbincang dengan awak media, Rabu (14/6/2023).

Produk anyaman pandan itu beragam, mulai dari gantungan kunci, tas, dan totebag. Selain itu, mereka juga membuka pesanan untuk membuat pembungkus makanan pengganti kantong plastik.

Pembeli dapat meminta motif tertentu, misalnya motif kain ulos, atau gambar lainnya.

Baca juga: KPAI: Tak Ada Restorative Justice untuk Kejahatan Seksual pada Anak

Jenis produk utama mereka berupa tikar duduk berwarna. Saking giatnya usaha ini digerakkan, Manday Gallery and Souvenir telah menjadi supplier tetap untuk konsumen di Malaysia.

“Kalau (tikar) original, pasar kami sampai Malaysia, kami jadi supplier tetap,” lanjut dia.

Mereka memanfaatkan banyaknya pandan yang tumbuh di kawasan Pantai Cermin Kanan. Selain itu, anyaman juga menjadi suatu kebudayaan yang turun-temurun di desa itu.

“Sumber daya alam (pandan) sangat melimpah, dan juga kebudayaaan menganyam ini turun menurun,” kata Eva.

Baca juga: Pengendara Motor yang Tewas Dilindas di Cakung Patah Tulang Rusuk hingga Tembus ke Paru-paru

Omzet puluhan juta

Eva berkata, modal yang digunakan hanya sekitar 15 persen dari keseluruhan harga jual. Hal yang ditonjolkan adalah skill pengrajin yang dinilai mumpuni.

“Mereka (pengrajin anyaman pandan) sudah punya skill yang mumpuni. Mereka kita hargai lebih besar karena memang target di depannya adalah menyejahterakan mereka. Para pengrajin kita, ekonomi keluarganya lebih terbantu dengan adanya kerajinan anyaman ini,” tutur dia.

Meski ada penurunan pendapatan saat pandemi, saat ini ada kenaikan hingga 50 persen. Sebab, mereka mendapatkan banyak pesanan untuk membuat anyaman kantong korban.

“Sekarang kita omzetnya di Rp 65 juta per bulan. Belakangan ini perannya (kantong pandan) naik karena peningkatan kebijakan pemerintah (mengurangi plastik),” imbuh Eva.

“Kita buat wadah kurban dari lembaran tikar. Kalau kena tanah jadi pupuk,” lanjut dia.

Baca juga: Diduga Hendak Transaksi Narkoba, Pria Beratribut Ojol Kabur Saat Akan Ditangkap di Palmerah

Saat ini, secara total ada 350 orang di empat desa tersebar yang tergabung dalam usaha produksi kreasi pandan ini.

Khusus di rumah produksi Desa Pantai Cermin Kanan, ada 75 pengrajin anyaman pandan yang berpartisipasi.

Saat ini, mereka menjajakan produk anyaman pandan melalui sosial media Instagram dan Facebook.

Untuk lebih meningkatkan kemampuan pemasaran secara digital, KPKK bekerjasama dengan pemerintah untuk belajar.

“Kebetulan malam ini ada pelatihan digital marketing dari Kementerian Pariwisata. Kami harap produk Kanan Kreatif bisa (lebih laku) lewat marketing. Kita bisa punya tenaga andal yang mengelola itu,” pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Tapera Bakal Jadi Beban Tambahan Guru dengan Gaji Sangat Kecil dan Kurang'

"Tapera Bakal Jadi Beban Tambahan Guru dengan Gaji Sangat Kecil dan Kurang"

Megapolitan
Belajar dari Kasus Ibu Cabuli Anak, KPAI: Orangtua Belum Tentu Menjamin Keamanan Anak

Belajar dari Kasus Ibu Cabuli Anak, KPAI: Orangtua Belum Tentu Menjamin Keamanan Anak

Megapolitan
KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Vandalisme, KCI Bakal Ambil Tindakan Tegas

KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Vandalisme, KCI Bakal Ambil Tindakan Tegas

Megapolitan
Berkurban 62 Ekor Sapi, PAM Jaya Siap Bantu Masyarakat yang Membutuhkan

Berkurban 62 Ekor Sapi, PAM Jaya Siap Bantu Masyarakat yang Membutuhkan

Megapolitan
Kronologi Kasus 'Bullying' Siswi SD di Depok, Mulanya Korban Ditantang Duel untuk Masuk Geng

Kronologi Kasus "Bullying" Siswi SD di Depok, Mulanya Korban Ditantang Duel untuk Masuk Geng

Megapolitan
Lari Pagi Bareng Zita Anjani, Sandiaga Uno Optimis Kepemimpinan Perempuan di Jakarta Berikan Efek Positif

Lari Pagi Bareng Zita Anjani, Sandiaga Uno Optimis Kepemimpinan Perempuan di Jakarta Berikan Efek Positif

Megapolitan
Rangkaian KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Aksi Vandalisme

Rangkaian KRL Manggarai-Kampung Bandan Jadi Sasaran Aksi Vandalisme

Megapolitan
Trotoar di Pulogadung Sempit, Warga Terpaksa Jalan di Jalur Sepeda

Trotoar di Pulogadung Sempit, Warga Terpaksa Jalan di Jalur Sepeda

Megapolitan
Siswi SD Korban 'Bullying' di Depok Dikenal sebagai Anak Yatim yang Pendiam

Siswi SD Korban "Bullying" di Depok Dikenal sebagai Anak Yatim yang Pendiam

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anak Kandung Menyerahkan Diri Setelah Tahu Diincar Polisi

Ibu yang Cabuli Anak Kandung Menyerahkan Diri Setelah Tahu Diincar Polisi

Megapolitan
Polisi Telusuri Kemungkinan Adanya Unsur Kelalaian dalam Kasus Keracunan Massal di Bogor

Polisi Telusuri Kemungkinan Adanya Unsur Kelalaian dalam Kasus Keracunan Massal di Bogor

Megapolitan
Trotoar di Pulogadung Jadi Tempat Parkir dan Jualan PKL, Pejalan Kaki Susah Lewat

Trotoar di Pulogadung Jadi Tempat Parkir dan Jualan PKL, Pejalan Kaki Susah Lewat

Megapolitan
Bahayanya Trotoar di Pulogadung, Banyak yang 'Berlubang' hingga Minim Penerangan

Bahayanya Trotoar di Pulogadung, Banyak yang "Berlubang" hingga Minim Penerangan

Megapolitan
Pencairan Kartu Lansia Jakarta Telat, Dinsos: Masih Tahap Administrasi

Pencairan Kartu Lansia Jakarta Telat, Dinsos: Masih Tahap Administrasi

Megapolitan
Polisi Koordinasi ke Kominfo untuk 'Takedown' Video Ibu Cabuli Anak yang Viral di Medsos

Polisi Koordinasi ke Kominfo untuk "Takedown" Video Ibu Cabuli Anak yang Viral di Medsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com