Penjelasan Ellyson tak digubris. Pihak RT dan RW tetap ingin aktivitas rumah doa dihentikan. Namun, pendeta tak mau.
Ellyson kemudian bertanya, jika umat tidak boleh beribadah seminggu sekali, berapa kali ibadah di sana boleh dilaksanakan dalam satu bulan.
Namun, pihak RT dan RW tak memberi jawaban. Pengurus RT dan RW menyatakan hanya ingin aktivitas di rumah doa dihentikan.
Tak sampai di situ, Ketua RW 027 Mangunjaya yang disebut merupakan anggota TNI AD juga ikut menolak keberadaan rumah doa.
Ketua RW itu berinisial Serka S, seorang Babinsa yang bertugas di Koramil Tambun, Kabupaten Bekasi.
Baca juga: Tak Hanya Bentak Pendeta Rumah Doa di Tambun, Ini Sederet Arogansi Anggota TNI pada Warga Sipil
Pendeta Ellyson bercerita, dia bahkan menerima perlakuan tidak menyenangkan dari si ketua RW saat pertemuan bulan Mei.
"Saya juga sampaikan ke ketua RW waktu itu, 'Bapak juga masih aktif sebagai anggota TNI yang melekat di diri Bapak. Walaupun ketua RW, begitukah seorang TNI'," ucap Ellyson.
"Dia kemudian gebrak meja, dia tunjuk saya. Dia marah dan bilang, 'Ini wilayah saya. Saya yang berkuasa. Ikuti aturan saya. Jangan buat aturan sendiri'," sambung dia menirukan ucapan ketua RW itu.
Ellyson mengaku heran terhadap penolakan-penolakan tersebut.
Ellyson mengeklaim sudah mendapatkan izin dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bekasi terkait rumah doa.
"Bukti-bukti bahwa legalitas kami di rumah doa, kami sudah laporkan ke FKUB dan surat tanda terima sudah kami terima di FKUB. Saya sudah tunjukkan kepada mereka, tapi mereka tidak hiraukan semuanya itu," tutur dia.
Baca juga: Pendeta Rumah Doa di Tambun Mengaku Sering Dapat Intimidasi
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigadir Jenderal TNI Hamim Tohari mengaku belum mendapatkan informasi soal Babinsa membentak pendeta dan ikut membubarkan kegiatan di Rumah Doa Fajar Pengharapan.
Hamim meminta pendeta Ellyson untuk melaporkan langsung ulah oknum tersebut agar bisa diselidiki.
"Saya belum dengar kabar itu. Sebaiknya Pak Pendeta yang tahu melapor saja ke Koramil/Kodim atau ke Pomdam Jaya," kata Hamim saat dikonfirmasi, Selasa (20/6/2023).
"Saya tidak bisa mengonfirmasi kalau baru info sepihak dan tidak resmi," tambah dia lagi.
Saat ini Kompas.com tengah berupaya mencari keberadaan Serka S untuk mengonfirmasi langsung pernyataan pendeta dan meminta penjelasannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.