Ia lalu menjelaskan, rumah doa adalah sebuah rumah yang ia kontrak untuk beribadah.
Rumah itu tidak ia alih fungsikan sebagai gereja.
Di rumah itu, Ellyson memberikan pendidikan agama untuk anak-anak yang di sekolahnya tidak dilengkapi kurikulum agama kristen.
Penjelasan Ellyson tak digubris. Pihak RT dan RW tetap ingin aktivitas rumah doa tetap dihentikan. Namun, pendeta itu tak mau aktivitas dihentikan.
Ia juga sempat menanyakan, jika tidak boleh beribadah satu minggu sekali, maka harus berapa kali dalam satu bulan kegiatan itu bisa dilaksanakan.
Pihak RT dan RW kembali tak memberi jawaban. Mereka hanya ingin aktivitas di rumah doa dihentikan.
Ellyson saat itu sempat menegur soal status Serka S sebagai TNI. Namun, dirinya justru dibentak.
"Saya juga sampaikan ke ketua RW waktu itu, 'Bapak juga masih aktif sebagai anggota TNI yang melekat di diri Bapak. Walaupun ketua RW, begitukah seorang TNI'," ucap Ellyson.
Baca juga: Rumah Doa di Tambun Juga Dipakai untuk Les Bahasa Inggris dan Musik
"Dia kemudian gebrak meja, dia tunjuk saya. Dia marah dan bilang, 'Ini wilayah saya. Saya yang berkuasa. Ikuti aturan saya. Jangan buat aturan sendiri'," sambung dia menirukan ucapan Ketua RW itu.
Penolakan kembali terjadi pada Minggu (19/6/2023). Puluhan warga didampingi Ketua RT dan RW setempat tiba-tiba menggeruduk rumah doa tersebut.
Mereka meminta aktivitas di sana dihentikan.
"Kasus di Rumah Doa kemarin itu, tiba-tiba di sekitar jam 10.00 WIB, kami sudah di dalam. Ketua RT membawa beberapa orang. Dia masuk ke dalam, sudah sampai di teras. Nah, terus saya tanya ke dia, maksudnya apa," ujar Ellyson.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.