Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seminggu Operasi Patuh Jaya, Paling Banyak Pelanggaran Lawan Arus dan Tidak Pakai Helm

Kompas.com - 17/07/2023, 10:34 WIB
Rizky Syahrial,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Polda Metro Jaya menggelar Operasi Patuh Jaya sejak tanggal 10 Juli sampai 23 Juli 2023. Selama seminggu, tercatat ribuan pengendara kena tilang.

Diketahui, terdapat 14 jenis pelanggaran lalu lintas yang menjadi fokus dalam operasi ini.

Beberapa di antaranya adalah pelanggaran melawan arus, berkendara di bawah pengaruh alkohol, menggunakan HP saat mengemudi, dan tidak menggunakan helm SNI (standar nasional Indonesia).

Selain itu, polisi juga menindak pengendara mobil yang tidak menggunakan sabuk saat berkendara, melebihi batas kecepatan, dan berkendara di bawah umur atau tidak memiliki SIM.

Baca juga: Operasi Patuh Jaya di Jakarta, 3 Titik Ini Rawan Pelanggaran Lalu Lintas

Dalam pelaksanaannya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, sebanyak 1.358 pengendara ditilang dan 7.320 pelanggaran lainnya ditegur sejak operasi dimulai.

"Hari pertama terdapat 517 perkara, di hari kedua ada 345 perkara, hari ketiga sebanyak 496 perkara," kata Trunoyudo dalam keterangannya, Kamis (13/7/2023).

Trunoyudo menjelaskan, pengendara yang ditilang termasuk dalam 14 target operasi yang ditentukan polisi.

Pelanggaran terbanyak pada pengendara sepeda motor, yaitu 373 pengendara terkena tilang karena tidak menggunakan helm.

Selain itu, sebanyak 370 pengendara motor kena tilang karena melawan arus. Untuk mobil, polisi menindak 420 kendaraan yang tak memakai seat belt.

Baca juga: Polisi Masih Andalkan Tilang Elektronik Tindak Pelanggar Lalu Lintas di Operasi Patuh Jaya

Jumlah itu terjerat tilang secara manual maupun melalui electronic traffic law enforcement (ETLE).

Polisi juga menindak 29 kendaraan roda empat yang melebihi kecepatan, dan 22 pelanggar yang memainkan ponsel saat berkendara.

Masuk hari keempat operasi, jumlah pengendara yang kena tilang polisi bertambah

Memasuki hari keempat, Trunoyudo melanjutkan ada 1.854 pengendara kena tilang melalui Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE).

"Sebanyak 1.854 pengendara kena tilang ETLE di hari keempat operasi," ujar dia.

Sebanyak 9.681 pengendara yang melanggar hanya ditegur polisi saat melaksanakan operasi tersebut.

Baca juga: Polisi Masih Andalkan Tilang Elektronik Tindak Pelanggar Lalu Lintas di Operasi Patuh Jaya

Menurut Trunoyduo, pelanggaran terbanyak yang ditemukan dalam operasi tersebut yakni pengendara sepeda motor yang melawan arus.

Tercatat, sebanyak 952 pengendara motor yang tercatat melawan arus sampai hari keempat Operasi Patuh Jaya 2023.

Pelanggaran terbanyak selanjutnya yakni pengendara motor yang tidak memakai helm

"Pengendara motor yang lawan arus tercatat ada 952 orang. Sementara yang tidak memakai helm ada 778 orang," kata dia.

Sementara itu, ada ratusan pengendara yang tertangkap tak memakai seatbelt memasuki hari keempat operasi ini.

"Sebanyak 766 pengendara mobil kena tilang karena tidak memakai seatbelt, 79 pengendara bermain ponsel, dan 50 pengendara melebihi kecepatan normal," ujar dia.

 

Andalkan ETLE dalam Operasi Patuh Jaya

Sementara itu, Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengatakan, polisi memaksimalkan tilang elektronik dalam pelaksanaan Operasi Patuh Jaya 2023.

Penerapan tilang manual pada Operasi Patuh Jaya masih dinilai berat karena banyaknya pelanggaran lalu lintas.

Baca juga: 3 Hari Operasi Patuh Jaya 2023, Ribuan Kendaraan Ditilang dan Ditegur

"Kalau kami masih menggunakan tilang manual akan berat, makanya kami maksimalkan tilang elektronik," ujar Latif kepada wartawan, Jumat (14/7/2023).

"Meskipun memang tilang manual ini kami maksimalkan di beberapa titik Jakarta," ujar dia.

Latif melanjutkan, ada tiga lokasi yang dianggap rawan pelanggaran lalu lintas yakni kendaraan melawan arus.

Tiga titik tersebut yakni Jalan Hayam Wuruk Jakarta Pusat, Jalan Kapten Tendean Jakarta Selatan, dan Jalan Daan Mogot Jakarta Barat. Polisi juga akan memperketat pengawasan di titik lainnya.

"Untuk pelanggaran Jalan Hayam Wuruk itu melawan arus. Harusnya muter lebih ke depan, tetapi banyak pengendara yang memutar sedikit dan melawan arus," kata Latif.

"Beberapa tempat seperti di Jalan Kapten Tendean juga demikian. Juga di Daan Mogot, ini masih ada beberapa tempat yang memang perlu pengawasan," ujar dia.

Latif mengatakan, jumlah pelanggar paling banyak yakni pengendara motor yang melawan arus.

Ia berharap masyarakat bisa sadar diri dengan pelanggaran tanpa harus ada petugas yang menilang atau mengawasi pelanggaran lalu lintas.

Hal itu dikarenakan rambu-rambu jalanan di Jakarta sudah terpasang dengan jelas.

"Sebetulnya ini kan tidak perlu ada polisi, tapi butuh kesadaran masyarakat," kata Latif.

"Karena rambu-rambu jelas, dan bahayanya pun sudah jelas. Ini yang menjadi sorotan kami," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com