Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saluran Irigasi Surut, Petani di Mustikasari Bekasi Pakai Pompa untuk Mengairi Sawah

Kompas.com - 11/08/2023, 19:54 WIB
Firda Janati,
Nursita Sari

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Musim kemarau membuat saluran irigasi surut di lahan persawahan yang dikelola Kelompok Tani Benda Jaya, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi.

Dari pantauan Kompas.com di lokasi, Jumat (11/8/2023), ketinggian air di saluran yang berada di samping persawahan tersisa sekitar 50 sentimeter. Air tak lagi mengalir.

"Ini tadinya saluran (irigasi) mengalir. Karena enggak mengalir, ini jadi banyak sampah. Kalau mengalir, tinggi (airnya)," ujar Ketua Kelompok Tani Benda Jaya, Niman (56), saat ditemui di Mustikasari, Jumat.

Baca juga: Musim Kemarau, Sawah di Mustikasari Bekasi Mulai Kekeringan

Niman menuturkan, saluran irigasi mengering sehingga tidak lagi berfungsi. Karena itu, ia menggunakan pompa air untuk mengairi sawah.

"Kami sudah mulai pakai sedot air (dari dalam tanah) sejak dua hari belakangan ini karena kami masih perlu air," kata dia.

Niman membutuhkan total empat pompa air untuk mengairi sawah seluas 2,5 hektar yang dikelolanya.

"Enggak ada air, jadi ambil dari pantekan. Total ada empat pompa air, jalaninnya harus pakai bensin," papar dia.

Baca juga: Musim Kemarau Jadi Salah Satu Faktor Buruknya Kualitas Udara Jakarta

Lahan pertanian yang dikelola Kelompok Tani Benda Jaya, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, mulai mengalami kekeringan akibat musim kemarau, Jumat (11/8/2023). Saluran air yang mulai surut tak bisa lagi mengairi lahan sawah Niman (56). Kekeringan sawah juga terlihat dari tanah yang mulai retak-retak.KOMPAS.com/FIRDA JANATI Lahan pertanian yang dikelola Kelompok Tani Benda Jaya, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, mulai mengalami kekeringan akibat musim kemarau, Jumat (11/8/2023). Saluran air yang mulai surut tak bisa lagi mengairi lahan sawah Niman (56). Kekeringan sawah juga terlihat dari tanah yang mulai retak-retak.
Penggunaan pompa air dengan bahan bakar bensin membuat Niman harus mengeluarkan biaya lebih tinggi dari biasanya.

Dalam seminggu, ia membutuhkan biaya Rp 400.000 untuk mengairi sawah menggunakan empat pompa air.

"Satu mesin itu 10 liter sehari semalam, satu mesin itu biaya Rp 100.000, berarti empat mesin itu Rp 400.000, penggunaannya itu seminggu sekali," tutur dia.

Selain biaya pengelolaan sawah bertambah, kekeringan juga memengaruhi kualitas gabah.

Kendati demikian, Nirman terpaksa tetap menjual gabah dengan harga yang lebih tinggi untuk menutupi biaya operasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Mulai 1 Juni 2024, Ada Ketentuan Baru Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Pilkada Jakarta 2024: Menguji Eksistensi Masyarakat Jaringan

Megapolitan
Jalur, Kuota, dan Syarat PPDB SMA, SMK, dan SLB Kota Bogor 2024

Jalur, Kuota, dan Syarat PPDB SMA, SMK, dan SLB Kota Bogor 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 1 Juni 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 1 Juni 2024

Megapolitan
Nama Kaesang dan Anies di Bursa Pilkada Jakarta, Prediksi Pertarungan Sengit bak Pilpres 2024

Nama Kaesang dan Anies di Bursa Pilkada Jakarta, Prediksi Pertarungan Sengit bak Pilpres 2024

Megapolitan
6 Orang Ditangkap Terkait Kasus Pelat Palsu DPR, Polisi Ungkap Peran Masing-masing

6 Orang Ditangkap Terkait Kasus Pelat Palsu DPR, Polisi Ungkap Peran Masing-masing

Megapolitan
Unjuk Rasa Solidaritas Palestina di Kedubes AS, Massa Serukan Pembebasan Perempuan

Unjuk Rasa Solidaritas Palestina di Kedubes AS, Massa Serukan Pembebasan Perempuan

Megapolitan
8 Mobil Mewah Disita Polisi Terkait Kasus Pelat Palsu DPR, Ada Tesla, Lexus, dan Mercy

8 Mobil Mewah Disita Polisi Terkait Kasus Pelat Palsu DPR, Ada Tesla, Lexus, dan Mercy

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com