Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Pangan di Jakarta Terus Naik, Ekonom Ingatkan Potensi "Politik Money" Menjelang Pemilu 2024

Kompas.com - 23/10/2023, 10:26 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, kenaikan harga pangan merupakan ancaman terbesar bagi masyarakat menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

"Kekhawatiran gencarnya money politic atau politik bagi-bagi uang dan sembako karena masyarakat sedang tertekan," ucap Bhima kepada Kompas.com, Senin (23/10/2023).

Hal ini, kata Bhima, bisa membuat pilihan pemilu menjadi kurang rasional karena tergiur pembagian uang atau barang. Ini juga menciptakan rantai korupsi karena biaya politik yang mahal saat pemilu.

Baca juga: Harga Pangan Ibu Kota Terus Merangkak Naik, Ekonom: Ancaman Besar di Tengah Tahun Pemilu

"Dampak lain adalah terjadinya risiko konflik horizontal karena masalah ketimpangan ekonomi," ucap Bhima.

Berdasarkan data yang dilansir dari Info Pangan Jakarta (IPJ) per 21 Oktober 2023, mayoritas harga pangan berada di zona merah atau mengalami kenaikan.

Bhima berujar, dalam berbagai survei menunjukkan sebagian besar pemilih mengeluh soal mahalnya harga pangan yang disusul dengan masalah lapangan kerja.

Di sisi lain, Bhima melihat sentimen ketimpangan merupakan cara efektif untuk meraup suara di kantong-kantor kemiskinan.

Baca juga: Terus Merangkaknya Harga Pangan Ibu Kota di Tengah Tingginya Tensi Politik Tanah Air: Pedagang Bingung dan Pasrah

"Masalahnya kalau isu ketimpangan ini diolah menjadi sentimen SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), itu bahaya sekali," tutur Bhima.

Hingga saat ini, Bhima belum melihat adanya visi dan misi dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden yang solutif yang berkaitan dengan masalah pangan ini.

"Kalau perlu janji kampanye 100 hari pertama jika terpilih bisa turunkan harga beras kembali ke 2022, dengan catatan petani tetap untung," ucap Bhima.

Serentak naik

Sejumlah pedagang merasa bingung dengan kenaikan harga pangan yang masih terus terjadi ini, salah satunya pedagang telur Pasar Kaget, Pondok Kelapa, bernama Yuli (42).

"Telur ayam negeri padahal stoknya enggak pernah kosong atau menipis, selalu ada. Bingung juga kenapa harganya enggak stabil," ujar Yuli, Kamis (19/10/2023).

Baca juga: Pedagang Bingung Kenapa Harga Telur Ayam Naik, padahal Stoknya Stabil

Adapun data Info Pangan Jakarta (IPJ) menunjukkan, harga telur tertinggi saat ini berada di Pasar Pulo Gadung yang mencapai Rp30.000 per kilogram (kg).

Harga cabai rawit juga mengalami lonjakan. Hal ini dirasakan pedagang di Pasar Tomang Barat, Tanjung Duren, Jakarta Barat, bernama Nur (35).

"Misalkan hari ini harganya Rp 45.000 per kilogram, nanti malam belanja jadi Rp 50.000. Besok lagi begitu (naik Rp 5.000)," kata Nur saat ditemui di Pasar Tomang Barat, Kamis (19/10/2023).

Data IPJ juga menunjukkan hal serupa. Rata-rata harga cabai rawit merah sudah mencapai Rp 58.868 per kg. Adapun harga cabai rawit merah tertinggi mencapai Rp70.000 per kg di Pasar Tomang.

Baca juga: Harap Harga Cabai Tidak Naik Lagi, Pedagang di Pasar Tomang: Biar Enggak Susah Dijual...

Tak hanya cabai rawit, harga sayur-mayur di Pasar Tomang juga ikut naik. Menurut Nur, kenaikannya bisa mencapai Rp2.000-Rp3.000 per kg.

Pedagang beras di Pasar Jangkrik Rusno (34) juga mengungkapkan, harga beras sudah naik sejak lebaran tahun ini dan terus melonjak dalam beberapa waktu terakhir.

“Iya, sudah naik habis lebaran. Sampai sekarang belum turun,” ucap Rusno kepada Kompas.com, Rabu (18/10/2023).

Pedagang di Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, bernama Enci menilai kenaikan harga beras akibat kemarau panjang tahun ini begitu parah karena kenaikannya melampaui Rp100.000 per karung.

Baca juga: Harga Beras di Jakarta Terus Naik, Pedagang Hanya Bisa Pasrah Diomeli Pelanggan

"Jualan beras dari 2010, tapi kondisi terparah ya tahun ini. Kenaikannya lebih dari Rp 100.000 (per karung). Kalau tahun-tahun sebelumnya, paling Rp 50.000," kata Enci, Kamis (19/10/2023).

Padahal, menurut Enci, pasokan beras dari wilayah Karawang, Jawa Barat; Serang, Banten; dan Demak, Jawa Tengah; tetap lancar. Enci tak pernah kesulitan mendapat pasokan beras.

(Tim Redaksi : Muhammad Isa Bustomi, Nabilla Ramadhian, Zintan Prihatini, Irfan Maullana, Ihsanuddin, Jessi Carina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Pemerkosa Remaja di Tangsel Masih Satu Keluarga dengan Korban

Megapolitan
Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim 'Selamatkan' 830.000 Jiwa

Pabrik Narkoba di Bogor Terbongkar, Polisi Klaim "Selamatkan" 830.000 Jiwa

Megapolitan
Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Siasat Pabrik Narkoba di Bogor Beroperasi: Kamuflase Jadi Bengkel, Ruangan Pakai Peredam

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com