JAKARTA, KOMPAS.com - Harga sejumlah komoditas pangan di sejumlah pasar-pasar yang ada di DKI Jakarta masih terus merangkak.
Berdasarkan data yang dilansir dari Info Pangan Jakarta (IPJ) per 21 Oktober 2023, mayoritas harga pangan berada di zona merah atau mengalami kenaikan.
Kondisi ini terus berlangsung seiring dengan semakin dekatnya waktu Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Hal ini diakui oleh salah satu pedagang di pasar.
Baca juga: Pedagang Bingung Kenapa Harga Telur Ayam Naik, padahal Stoknya Stabil
“Ya ada kemarau panjang. Ada politik mungkin. Kan, menjelang pemilu ini,” kata pedagang beras Pasar Rawa Badak, Koja, Muhammad Chusein (45), Rabu (11/10/2023).
Seperti diketahui, dua pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden sudah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) beberapa waktu lalu. Artinya, pemilu sudah semakin dekat di depan mata.
Kondisi mahalnya harga pangan menjelang pemilu sebetulnya sudah diingatkan oleh para ekonom sejak awal tahun.
Menurut ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika, stabilitas politik di tahun menjelang pelaksanaan pemilu akan sangat dipengaruhi oleh stabilitas di bidang ekonomi.
”Pemerintah harus menjaga ekonomi kokoh, bukan semata soal kebutuhan pokok, tetapi karena di tahun politik ini, masalah harga ini menjadi faktor penyulut yang mudah memanaskan suasana politik,” ujar dia, dikutip dari Kompas.id, Kamis (2/3/2023).
Baca juga: Saat Harga Cabai di Pasar Tomang Barat Melonjak tapi Kualitasnya Buruk...
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, kenaikan harga pangan merupakan ancaman terbesar bagi masyarakat di tengah pemilu.
Menurut Bhima, dalam berbagai survei menunjukkan sebagian besar pemilih mengeluh soal mahalnya harga pangan yang disusul dengan masalah lapangan kerja.
"Biaya pengangkutan beras naik menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pupuk non-subsidi juga mahal, ada faktor cuaca ekstrem," ucap Bhima kepada Kompas.com, Senin (23/10/2023).
Belum lagi, kata dia, ada ancaman pelemahan kurs rupiah menimbulkan inflasi barang-barang dari luar negeri (imported inflation) karena sebagian pangan impor.
"Di sisi lain, pendapatan masyarakat khususnya menengah ke bawah makin tidak mampu mengimbangi kenaikan harga pangan," ucap Bhima.
Baca juga: Harga Beras Ramos di Pasar Jangkrik Matraman Tak Kunjung Turun sejak Lebaran 2023
Sejumlah pedagang pun merasa bingung dengan kenaikan harga pangan yang masih terus terjadi ini, salah satunya pedagang telur Pasar Kaget, Pondok Kelapa, bernama Yuli (42).
"Telur ayam negeri padahal stoknya enggak pernah kosong atau menipis, selalu ada. Bingung juga kenapa harganya enggak stabil," ujar Yuli, Kamis (19/10/2023).