Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perjalanan Wiyono dari Buruh Pabrik Jadi Tenaga Pendidik: Takdir yang Menuntun Saya

Kompas.com - 26/11/2023, 07:32 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wiyono Broto Soekarno (65), atau yang akrab disapa Wiyono BS ini tidak menyangka, jalinan takdir akan membawanya menjadi tenaga pendidik.

Pasalnya, Wiyono muda yang saat itu bekerja sebagai buruh pabrik mengaku tidak terlintas keinginan sedikit pun bercita-cita sebagai guru.

Layaknya lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) jurusan Mesin, Wiyono fokus mencari uang di pabrik hingga delapan tahun lamanya.

"Saya menjadi guru bukan kemauan saya. Tahun 1973 itu sewaktu masuk Jakarta, saya hanya punya bekal ijazah STM bagian mesin, lalu bekerja di pabrik selama delapan tahun," ujar guru seni budaya itu saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (24/11/2023) lalu.

Baca juga: Harapan Guru di Kota Bekasi, Diangkat Jadi PNS dan Perbanyak Tenaga Pendidik

Barulah di tahun ke delapan, Wiyono yang saat itu sudah menikah, memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya.

Ternyata, ia pun harus menganggur selama satu tahun.

Di tengah-tengah masa pengangguran ini, Wiyono justru lebih memahami apa sebenarnya yang ia inginkan.

"Setelah keluar dari pabrik, saya sempat tidak punya pekerjaan selama satu tahun. Dari situ saya berpikir, kok saya ini kayaknya takabur, kurang bersyukur. Mulai dari situlah titik balik kehidupan saya," kata Wiyono.

Perlahan, ia pun menggali potensi dan kegemarannya akan seni rupa. Wiyono merasa, bakatnya ada pada bidang itu.

"Saya mulai punya prinsip selalu bersyukur. Itu tahun 1980-an, saya cari apa sih yang belum saya syukuri. Dulu waktu sekolah, setiap pelajaran menggambar, teman-teman saya selalu minta digambarkan. Walau saya sekadar coret-coret, juga banyak yang suka coretan saya," kata dia.

Baca juga: Momen Jokowi Beri Hadiah Jabatan Kepsek ke Guru yang Mengaku Manusia Pohon

Berbekal kemampuan itu, Wiyono sempat merintis usaha sablon kecil-kecilan. Tidak diduga, di sini lah takdir mulai menuntunnya menjadi guru.

Sebab, suatu ketika, seorang kepala sekolah tertarik pada desain batik yang dibuat oleh Wiyono. Hingga menawarkan Wiyono membuatkan baju batik sekolah.

"Saya merintis pekerjaan mandiri, membuka percetakan sablon. Dari situlah ternyata banyak karya saya digemari oleh para kepala sekolah. Pernah, ada sekolah yang minta dibuat kan baju batik, tapi saya enggak mampu karena memang peralatan saya enggak mampu ke sana," ujar dia.

Mendengar itu, kepala sekolah pun minta dibuatkan desain batik saja dan disanggupi oleh Wiyono.

Usai terpukau melihat karya Wiyono, tiba-tiba kepala sekolah justru mengajak Wiyono ikut mengajar di sekolah.

"Akhirnya saya pun ditawarin 'gimana kalau mengajar?'" lanjut dia.

Baca juga: Jokowi: Saya Bisa jadi Presiden juga karena Guru

Namun, karena ijazah Wiyono masih lulusan STM, ia harus berkuliah dulu selama satu tahun, mengambil jenjang D1.

"Itu tahun 1981, karena ijazahnya hanya STM, enggak mungkin kan bisa jadi guru. Akhirnya 1982/1983 saya diminta untuk kuliah ambil D1 jurusan seni budaya, yang menawarkan untuk kuliah adalah Kepala SMPN 171 yang tertarik sama desain tadi. Nah, tahun 1984 saya baru jadi PNS," kata Wiyono.

Sampailah Wiyono berstatus sebagai pengajar seni di SMPN 49 Kramat Jati hingga masa purnabaktinya tahun 2013 lalu.

Bahkan, meski sudah purnabakti, Wiyono tetap menjadi pengajar angklung di SMPN 27 Duren Sawit.

Dengan begitu, hingga kini tercatat 39 tahun sudah lamanya Wiyono mengabdi sebagai tenaga pendidik di Jakarta Timur.

"Jadi sejarahnya saya menjadi guru memang bukan kemauan saya, tapi dengan bersyukur, Allah memberikan nikmat yang lebih dari yang saya harapkan," ucap pengajar angklung tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Pendapatannya Dipotong untuk Tapera, Tukang Bubur: Masa Tua Terjamin

Setuju Pendapatannya Dipotong untuk Tapera, Tukang Bubur: Masa Tua Terjamin

Megapolitan
Hampir Terjaring Razia karena Dikira Jukir, Ojol: Saya 'Driver', demi Allah

Hampir Terjaring Razia karena Dikira Jukir, Ojol: Saya "Driver", demi Allah

Megapolitan
KPU Susun Pemetaan TPS, Jumlah Pemilih Pilkada DKI Bertambah 62.772 Orang

KPU Susun Pemetaan TPS, Jumlah Pemilih Pilkada DKI Bertambah 62.772 Orang

Megapolitan
Tak Setuju Program Tapera, Pekerja: Enggak Percaya Pemerintah Lagi buat Kelola Uang Rakyat

Tak Setuju Program Tapera, Pekerja: Enggak Percaya Pemerintah Lagi buat Kelola Uang Rakyat

Megapolitan
PKS Usulkan Anies Jadi Cagub Jakarta, Pengamat: Sosoknya Melekat dengan PKS

PKS Usulkan Anies Jadi Cagub Jakarta, Pengamat: Sosoknya Melekat dengan PKS

Megapolitan
Cegah Kecurangan Saat PPDB, Pemkot Bogor Bentuk Tim Khusus

Cegah Kecurangan Saat PPDB, Pemkot Bogor Bentuk Tim Khusus

Megapolitan
12 Jukir Liar Terjaring Razia, Ada yang Kabur ke Panti Asuhan

12 Jukir Liar Terjaring Razia, Ada yang Kabur ke Panti Asuhan

Megapolitan
DPRD Kota Bogor Buka Posko Pengaduan PPDB 2024, Warga Bisa Lapor jika Temukan Kecurangan

DPRD Kota Bogor Buka Posko Pengaduan PPDB 2024, Warga Bisa Lapor jika Temukan Kecurangan

Megapolitan
Jadwal PPDB Kota Bogor 2024 untuk Tingkat SD dan SMP

Jadwal PPDB Kota Bogor 2024 untuk Tingkat SD dan SMP

Megapolitan
ART Diduga Lompat dari Rumah Majikan di Tangerang, Pergelangan Kaki Patah dan Badan Sulit Gerak

ART Diduga Lompat dari Rumah Majikan di Tangerang, Pergelangan Kaki Patah dan Badan Sulit Gerak

Megapolitan
Video Viral ART di Tangerang Lompat dari Lantai Atas Rumah Majikan, Polisi Selidiki

Video Viral ART di Tangerang Lompat dari Lantai Atas Rumah Majikan, Polisi Selidiki

Megapolitan
Maling Mengendap-endap Curi Motor di Toko Laundry Depok, Aksinya Terekam CCTV

Maling Mengendap-endap Curi Motor di Toko Laundry Depok, Aksinya Terekam CCTV

Megapolitan
Pria Paruh Baya Cabuli 11 Bocah di Bogor, KPAI Soroti Soal Predikat Kota Layak Anak

Pria Paruh Baya Cabuli 11 Bocah di Bogor, KPAI Soroti Soal Predikat Kota Layak Anak

Megapolitan
Mitigasi Bencana, Pemprov DKI Perbanyak RTH dan Transportasi Ramah Lingkungan

Mitigasi Bencana, Pemprov DKI Perbanyak RTH dan Transportasi Ramah Lingkungan

Megapolitan
Hotman Paris Sebut Teman Vina yang Diduga Kesurupan Tak Boleh Jadi Saksi

Hotman Paris Sebut Teman Vina yang Diduga Kesurupan Tak Boleh Jadi Saksi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com