"Jadi di sana tertulis, 'Siapa pun yang membaca tulisan ini, mungkin pada saat melihat tulisan ini saya dan ibu saya sudah meninggal dunia," ungkap Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi, Jumat (8/9/2023).
Akhirnya, setelah satu bulan penyelidikan, kasus ini pun mencapai titik terang.
Polisi memastikan GAH dan DAW meninggal karena bunuh diri bersama dengan berdiam di dalam kamar mandi yang sempit.
Korban juga membakar dupa dan arang, serta menutup rapat semua tempat sirkulasi udara dengan plastik hingga keduanya tewas kehabisan oksigen.
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Nathanael Elnadus J Sumampouw menyebut, hal ini diketahui ahli berdasarkan catatan, buku-buku yang dibaca, gaya dan pola hidup, makanan dan minuman, hingga riwayat penjelajahan di internet milik korban.
"Jadi, pada GAH dalam kondisi depresif, ketidakberdayaan, teralienasi. Mereka sepaham, sepakat bersama anaknya untuk menunjukkan indikasi bersama-sama mengakhiri kehidupan," papar Nathanael dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jumat (6/10/2023).
Para ahli menyampaikan, ada persoalan kesehatan mental yang dihadapi ibu dan anak ini. GAH berkepribadian paranoid dan delusional, sedangkan DAW terindikasi memiliki kepribadian skizoid.
Jenazah seorang remaja berinisial CHR (16) ditemukan dengan kondisi penuh luka bakar dalam pos spion, ujung landasan 24, Lanud Halim Perdanakusuma, Minggu (24/9/2023).
Adapun lokasi kematian anak perwira menengah (Pamen) TNI Angkatan Udara ini berada di area ring satu, sehingga tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.
Kematiannya dianggap tidak wajar karena berdasarkan hasil otopsi, selain luka bakar yang mencapai 91 persen, CHR juga mengalami enam luka tusuk di dada akibat senjata tajam.
"Dari hasil otopsi, memang kami dapatkan tanda-tanda penganiayaan. Tanda-tanda penganiayaan berupa luka-luka (bacok) pada dada," terang Kepala Rumah Sakit RS Polri Kramatjati, Brigjen Pol Hariyanto, Selasa (26/9/2023).
Baca juga: Kasus Ditutup, Ini Kronologi dan Penyebab Anak Pamen TNI AU Tewas di Lanud Halim
Pihak rumah sakit juga tidak bisa memastikan apakah luka itu diakibatkan oleh orang lain atau korban sendiri.
Ditambah lagi, meski ada 18 CCTV di sekitar lokasi kejadian, namun ternyata kamera CCTV yang langsung menyorot persis ke TKP justru mati. Padahal area tersebut merupakan ring satu Lanud Halim.
Lalu, hanya empat CCTV saja yang merekam detik-detik CHR masuk ke lokasi seorang diri.
Selain itu, Kapolres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Leonardus Harapantua Simarmata mengatakan, polisi juga menemukan kertas berisi pesan yang ditulis tangan oleh CHR, di kamar CHR.
Walau tidak jelas, tetapi secara garis besar pesan itu memberitahukan kesenangan CHR saat menggunakan ponselnya.
"Bahwa (pesan) 'sepertinya bermain hp, tablet, dan komputer itu bagus.' Dia merasa dihargai di game tersebut daripada di kehidupan ini, itu kata-katanya," ungkap Leonardus.
Dari kompleksnya teka-teki kematian CHR, butuh waktu dua bulan bagi polisi melakukan penyelidikan.