Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Kompas.com - 16/06/2024, 19:43 WIB
Rizky Syahrial,
Fitria Chusna Farisa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Lurah Kali Anyar, Tambora, Jakarta Barat, Dwi Cahyono mewanti-wanti pemilik usaha konfeksi di kawasan tersebut tidak membuang limbah konfeksi secara sembarangan.

Dwi mengungkapkan, ada salah satu RW di Kelurahan Kali Anyar yang saluran airnya tercemar endapan cairan pewarna pakaian imbas limbah konfeksi.

"Saya harap pemilik bisa memperhatikan limbah ya," ucap dia saat diwawancarai, Sabtu (15/6/2024).

Untuk mencegah pencemaran lingkungan, kata Dwi, pemilik konfeksi hendaknya membuat sistem pembuangan limbah khusus yang tidak terhubung langsung dengan saluran air.

"Bisa membuat pembuangan limbah sendiri ya sesuai dengan aturannya," kata dia.

Terpisah, salah satu pemilik usaha konfeksi di Kelurahan Kali Anyar bernama Dede mengungkapkan bahwa sampah limbah konfeksi miliknya dibuang melalui tukang angkut sampah. 

Baca juga: Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

"Biasanya ada tukang sampah yang ambil, saya bayar," kata Dede.

Dede mengatakan, usaha konfeksi yang ia kelola tidak menghasilkan limbah pewarna pakaian, melainkan hanya bekas potongan bahan. Sebab, Dede hanya mengelola jasa jahit baju tanpa mengerjakan pewarnaan.

Setelah diangkut oleh tukang sampah, limbah bekas potongan bahan tersebut bakal didaur ulang.

"Mereka (tukang sampah) bisa pilih-pilih, ada yang jadi boneka atau keset," tutur dia.

Adapun kawasan Kali Anyar merupakan salah satu kampung pengrajin konfeksi dengan jumlah produksi paling banyak di Jakarta. Selain penduduk asli, pekerjaan ini juga dilirik putra-putri daerah lain untuk jadi buruh konfeksi di kawasan ini.

Lurah Kali Anyar Dwi Cahyono menuturkan, separuh penduduk di kawasan ini terdiri dari buruh konfeksi perantuan.

"Hampir 50 persen masyarakat terdiri dari perantuan yang bekerja sebagai buruh konfeksi," jelas Dwi saat diwawancarai, Sabtu (15/6/2024).

Dwi mengatakan, rata-rata rumah konfeksi di kawasan ini memiliki tiga lantai. Jumlah pegawainya bermacam-macam, dari 10 hingga 20 orang bergantung pada kapasitas produksi.

Nantinya, produk konfeksi itu akan dijual ke Pasar Tanah Abang atau luar Jakarta.

"Pemilik konfeksi ini bekerja sama dengan swasta atau pemilik toko di Pasar Tanah Abang atau luar daerah," ujar Dwi.

Baca juga: Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemerintah Diminta Tunjuk Perumnas untuk Kelola Rumah Subsidi agar Tepat Sasaran

Pemerintah Diminta Tunjuk Perumnas untuk Kelola Rumah Subsidi agar Tepat Sasaran

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Rumah Subsidi Pemerintah di Jarah, Pengamat : Bank dan Pemilik Tak Peduli Nilai Bangunan | Calon Pengantin Ditipu WO

[POPULER JABODETABEK] Rumah Subsidi Pemerintah di Jarah, Pengamat : Bank dan Pemilik Tak Peduli Nilai Bangunan | Calon Pengantin Ditipu WO

Megapolitan
Pemerintah Diminta Evaluasi dan Coret Pengembang Rumah Subsidi yang Bermasalah

Pemerintah Diminta Evaluasi dan Coret Pengembang Rumah Subsidi yang Bermasalah

Megapolitan
Kepiluan Calon Pengantin di Bogor Kena Tipu WO, Dekorasi dan Katering Tak Ada pada Hari Pernikahan

Kepiluan Calon Pengantin di Bogor Kena Tipu WO, Dekorasi dan Katering Tak Ada pada Hari Pernikahan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 26 Juni 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 26 Juni 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
Rute KA Jayakarta dan Tarifnya 2024

Rute KA Jayakarta dan Tarifnya 2024

Megapolitan
PKB Harap Kadernya Duet dengan Anies di Pilkada Jakarta, tapi Tak Paksakan Kehendak

PKB Harap Kadernya Duet dengan Anies di Pilkada Jakarta, tapi Tak Paksakan Kehendak

Megapolitan
Cegah Judi Online, Kapolda Metro Jaya Razia Ponsel Anggota

Cegah Judi Online, Kapolda Metro Jaya Razia Ponsel Anggota

Megapolitan
Akhir Hidup Tragis Pedagang Perabot di Duren Sawit, Dibunuh Anak Kandung yang Sakit Hati Dituduh Maling

Akhir Hidup Tragis Pedagang Perabot di Duren Sawit, Dibunuh Anak Kandung yang Sakit Hati Dituduh Maling

Megapolitan
Bawaslu Depok Periksa Satu ASN yang Diduga Hadiri Deklarasi Dukungan Imam Budi Hartono

Bawaslu Depok Periksa Satu ASN yang Diduga Hadiri Deklarasi Dukungan Imam Budi Hartono

Megapolitan
Nasdem Tunggu Arahan Surya Paloh soal Pilkada Jakarta, Akui Nama Anies Masuk Rekomendasi

Nasdem Tunggu Arahan Surya Paloh soal Pilkada Jakarta, Akui Nama Anies Masuk Rekomendasi

Megapolitan
Calon Siswa Tak Lolos PPDB Jalur Zonasi di Depok, padahal Rumahnya Hanya 794 Meter dari Sekolah

Calon Siswa Tak Lolos PPDB Jalur Zonasi di Depok, padahal Rumahnya Hanya 794 Meter dari Sekolah

Megapolitan
Hendak Lanjutkan Koalisi, Parpol KIM Disebut Belum Teken Kerja Sama untuk Pilkada Jakarta

Hendak Lanjutkan Koalisi, Parpol KIM Disebut Belum Teken Kerja Sama untuk Pilkada Jakarta

Megapolitan
Nasdem Harap Kaesang Maju Pilkada Jakarta, Bisa Dipasangkan dengan Anies atau Sahroni

Nasdem Harap Kaesang Maju Pilkada Jakarta, Bisa Dipasangkan dengan Anies atau Sahroni

Megapolitan
Ditanya soal PKS Usung Anies di Pilkada Jakarta, Demokrat Prioritaskan Koalisi Indonesia Maju

Ditanya soal PKS Usung Anies di Pilkada Jakarta, Demokrat Prioritaskan Koalisi Indonesia Maju

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com