Kampanye penggunaan totopong berlangsung di sebuah rumah makan di Jalan Ahmad Yani, Kota Bogor. Totopong diusulkan dipakai setiap Kamis bersamaan dengan baju atau kemeja batik. "Pencanangan bertepatan dengan Sumpah Pemuda agar generasi muda menghargai budaya," kata Hasan, pemilik Rumah Makan AA, seberang Plasa Jambu Dua, Bogor, Senin.
Wakil Wali Kota terpilih Usmar Hariman menyatakan amat mendukung kampanye penggunaan totopong. Ikat kepala tradisional yang sudah dipakai oleh masyarakat sejak zaman Padjadjaran dibangkitkan kembali untuk membuat warga Bogor bangga terhadap warisan kebudayaan.
Kalangan pedagang kreatif lapangan (PKL) di sejumlah lokasi di Kota Bogor, kata Usmar, ada yang sudah bersedia memakai totopong. Di Rumah Makan AA, seluruh pegawai memakai totopong dan berbaju batik setiap hari. Hal ini juga terjadi di hampir seluruh rumah makan khas Sunda.
Usmar berjanji mendorong pemakaian totopong lebih luas, misalnya ke sopir angkutan umum dan pegawai negeri sipil. Usmar mengharapkan agar warga Bogor tidak malu memakai totopong. "Aksesori ini unik dan nyaman di kepala. Saat fashion dunia mencoba kembali ke budaya lokal, kenapa kita tidak mendahuluinya?" katanya.
Pemakaian totopong secara luas diharapkan menjadi daya tarik kuat Kota Bogor dalam hal kebudayaan dan pariwisata. Kota Hujan berpenduduk hampir 1 juta jiwa ini merupakan salah satu tujuan wisata kuliner dan sejarah mengingat lokasi merupakan ibukota Kerajaan Pakuan, Kerajaan Padjadjaran, bahkan ibu kota Hindia-Belanda saat bernama Buitenzorg sehingga dipastikan lebih tua daripada Batavia (Jakarta) atau dulu bernama Sunda Kelapa yang merupakan pelabuhan Kerajaan Padjadjaran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.