Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waduk Melati Tanah Abang Belum Tersentuh

Kompas.com - 06/11/2013, 09:08 WIB


JAKARTA, KOMPAS
- Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menormalkan 12 waduk di Ibu Kota menjelang musim hujan tahun ini belum terlaksana sepenuhnya. Waduk Melati di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, misalnya, sama sekali belum dikeruk. Padahal, Waduk Melati sarat sampah dan endapan lumpur.

Berdasarkan pantauan Kompas, Selasa (5/11), air Waduk Melati berwarna hitam. Aneka jenis sampah bertebaran di sejumlah sisi waduk, sementara endapan lumpur juga terlihat jelas. Endapan lumpur membuat kedalaman waduk yang terletak di Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, itu berkurang drastis.

Padahal, Pemprov DKI berencana mengeruk 12 waduk, termasuk Waduk Melati, untuk mengantisipasi banjir menjelang musim hujan tahun ini. Pengerukan dilakukan untuk memperbesar kapasitas waduk dan memaksimalkan peran waduk sebagai pengendali banjir.

Ketua RW 005 Kebon Melati Syarifudin mengatakan, normalisasi Waduk Melati yang dijanjikan Pemprov DKI belum terlaksana. Hingga kini, pengerukan endapan lumpur dengan alat berat belum dilakukan. ”Sejak saya tinggal di sini 45 tahun lalu, waduk ini belum pernah dikeruk. Padahal, sekarang mulai musim hujan,” katanya.

Syarifudin memperkirakan, endapan lumpur membuat kedalaman Waduk Melati berkurang sekitar 2 meter. ”Di titik tertentu, kedalaman waduk ini bisa sampai 4 meter. Namun, lumpurnya saja sudah 2 meter, jadi, ya, sudah dangkal,” ujarnya.

Menurut Syarifudin, luapan air tersebut merupakan yang pertama sejak Waduk Melati dibuat pada tahun 1970-an. Selain karena jebolnya Tanggul Latuharhary, luapan itu juga terjadi karena pendangkalan.

Lumpur dikeruk

Syarifudin berharap Pemprov DKI segera mengeruk lumpur di Waduk Melati. ”Dua bulan terakhir memang ada pembersihan dari Pemprov DKI, tetapi mereka hanya mengambil sampah, bukan mengeruk lumpur,” ujarnya.

Adapun Camat Tanah Abang Hidayatullah mengaku belum mengetahui kapan pengerukan lumpur akan dilakukan. ”Selama ini, yang sudah dilakukan hanya membersihkan waduk dari sampah. Belum ada pengerukan dengan alat berat,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Manggas Rudy Siahaan menjelaskan, normalisasi 12 waduk yang menjadi prioritas akan selesai pada akhir 2013. Selain Waduk Melati, waduk lain yang juga menjadi prioritas, antara lain, Waduk Ria Rio, Waduk Tomang Barat, Waduk Teluk Gong, dan Waduk Sunter (Kompas, 1/10).

Sementara itu, warga yang tinggal di sekitar Waduk Bojana Tirta di Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, berharap agar dinas terkait segera menyelesaikan pembersihan waduk yang masih dipenuhi sampah.

Area sekitar waduk yang pernah dikeruk pada akhir April 2013 ini kembali dipenuhi sampah. Selain kotor, bau menyengat dari waduk juga sangat mengganggu warga sekitar.

”Enggak cuma bau. Meskipun pernah dikeruk, kalau sampah itu dibiarkan terus menumpuk, saya jadi khawatir kalau musim hujan bisa banjir lagi seperti awal tahun lalu,” kata Dony (28), warga setempat.

Tangerang

Sementara itu, empat sungai di Kabupaten Tangerang, Banten, dalam kondisi memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Sungai Cimanceuri, Cidurian, Cisadane, dan Cirarab mengalami pengendapan dan semakin sempit sehingga sewaktu-waktu bisa meluap saat hujan. Akibatnya, banjir mengancam sejumlah perumahan dan permukiman penduduk di sekitarnya.

”Kondisi keempat sungai ini sudah sangat mengkhawatirkan. Sungai harus secepat mungkin direhabilitasi untuk mengantisipasi banjir akibat luapan sungai itu,” kata Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, di Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang.

Menurut Zaki, sedimentasi menghambat laju air, baik dari darat maupun sungai, sehingga air tidak dapat mengalir dengan baik. Akibatnya, air dapat merendam permukiman warga.

Normalisasi empat sungai ini, kata Zaki, merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum. ”Saya tak mau berlama-lama menunggu sampai kian parah. Saya berencana datang langsung ke kementerian untuk berkoordinasi soal ini,” ujar Zaki.

Kepala Biro Umum Kementerian Pekerjaan Umum Mamat Surahmat mengatakan, pihaknya menyambut baik keinginan Bupati Tangerang. (HRS/ZAK/PIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 12 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com