Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/03/2014, 13:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Iqbal Syahputra (3,5 tahun) terbaring lemah. Tangan kirinya dibebat perban untuk memulihkan patah tulang. Cairan infus masuk lewat selang ke tangan kanan. Kadang, tubuhnya hanya ditutupi selimut, kadang dipakaikan celana pemberian para donatur.

Di sekeliling ranjang Iqbal penuh mainan. Ada mobil plastik mainan, ada juga bus tingkat mainan. Sesekali dia mainkan mobil-mobilan itu.

Iqbal juga mendapatkan aneka makanan dan pakaian yang dibawa oleh orang-orang yang silih berganti membesuk Iqbal, yang juga korban kekerasan orang dewasa. Beberapa pengunjung menyisipkan uang ke tangannya yang mungil.

Bocah yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara tersebut sempat hilang dari tengah-tengah keluarganya. Dia juga dieksploitasi untuk mengamen dan menyetorkan uang yang didapat ke tersangka DS (29). Jika setoran kurang atau Iqbal merengek, kekerasan pun dilayangkan ke tubuh bocah ini.

Kekerasan yang dialami Iqbal ini memunculkan simpati publik. Di tengah adanya orang yang tega bertindak kejam kepada anak, masih banyak juga orang yang menaruh hati pada kondisi bocah ini. Sejak Kamis sore, ketika tiba di RSUD Koja, Iqbal sudah menarik perhatian keluarga korban. Tidak sedikit yang hendak melihat atau mengabadikan gambar penanganan
Iqbal. Setelah pemberitaan meluas, semakin banyak orang yang membesuk Iqbal ke rumah sakit.

Dairoh Rosa (37), keluarga pasien yang menginap di RSUD Koja, sebenarnya tidak ada hubungan darah dengan Iqbal. Namun, dia terpanggil untuk menemani Iqbal yang sendirian. ”Dia diantar polisi ke RSUD Koja setelah sempat dirawat di Puskesmas Pademangan, Kamis sore,” kata Dairoh.

Perawat memasang kateter di saluran kencing Iqbal. Tangan kirinya dibebat dan disangga perban, sementara tangan kanannya menerima asupan infus. Menurut Dairoh, Iqbal beberapa kali bangun dan lancar menceritakan lukanya.

”Saya enggak kenal dia, dan hanya tahu kisahnya dari berita di internet. Tetapi, rasanya sedih sekali membaca kekerasan yang dialami anak sekecil itu. Kok, ya, tega orang dewasa melakukan kejahatan ini,” ujar Asnan, pengusaha di Jakarta Utara yang sengaja datang ke RSUD Koja untuk membesuk Iqbal.

Dia datang dengan membawa aneka barang, mulai mainan, pakaian, hingga makanan untuk Iqbal. Namun, ibu tiga anak itu akhirnya memilih tidak masuk ke kamar Iqbal karena tidak tega melihat kondisi bocah itu.

Rasa simpati juga yang mendorong Ami datang ke kamar Iqbal. Di sela-sela waktu menjaga orangtuanya yang dirawat di RSUD Koja, dia menyempatkan melihat kondisi bocah yang sempat menjadi korban penculikan itu. ”Semoga saja yang melakukan kejahatan ini mendapatkan hukuman yang setimpal,” ujarnya.

Tidak jarang, mereka yang datang membesuk Iqbal sampai menitikkan air mata. Mereka tidak kuasa membayangkan kekejian yang harus didapatkan Iqbal. ”Jahat sekali pelakunya. Saya sampai enggak bisa bayangkan kalau ini terjadi pada anak saya,” ujar Ani, ibu dua anak.

Siti, salah satu penunggu pasien di kamar yang sama, mengatakan, Iqbal sesekali berkomunikasi dengan mereka. Kata-katanya kadang samar seperti anak kecil. ”Dia suka sekali minum susu kotak. Dia bilang ’cucu-cucu-cucu’ kalau ingin minum susu. Mungkin kata-kata yang enggak jelas ini karena lidahnya juga luka,” katanya.

Prihatin

Sebelum sampai ke tangan medis dan dirawat di rumah sakit Koja, Iqbal menggelandang bersama seorang laki-laki, Dadang Supriatna (29), yang mengaku sebagai ayahnya. Kamis (13/3) sore, Juliana (31), warga Petamburan, Jakarta Barat, iba saat melihat Iqbal dalam dekapan Dadang saat mengamen di halte bus Mangga Dua di Jalan Gunung Sahari, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.

Juliana mengajak Dadang ke puskesmas untuk mengobati luka Iqbal. Dokter dan petugas medis puskesmas prihatin melihat kondisi anak itu yang penuh luka bakar, luka gigitan, dan pembengkakan di alat kelamin. Paramedis pun curiga dan melaporkannya ke kepolisian.

Iqbal lalu dirujuk ke RSUD Koja. Selain petugas Puskesmas Pademangan, Iqbal diantar anggota Polsek Pademangan. Setelah menjalani pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat, Iqbal segera dirawat di Kamar 506. Iqbal sempat beberapa kali terbangun dan terlihat kebingungan melihat lingkungan barunya.

Hilangnya anak-anak ini bisa jadi membuat mereka masuk dalam sindikat perdagangan anak atau eksploitasi anak. Iqbal yang masih terbaring di rumah sakit merupakan salah satu korban penculikan dan eksploitasi anak. ”Kemungkinan ada ’Iqbal-Iqbal’ lain di luar sana masih terbuka,” ujar Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak.

Kedekatan keluarga dan rumah yang nyaman bagi anak merupakan salah satu kebutuhan anak yang bisa membentengi mereka agar tidak terjerumus dalam penculikan. (Agnes Rita Sulistyawati dan Mukhamad Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

[POPULER JABODETABEK] Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas | Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang

Megapolitan
Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com