Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota FPI: Kami Tidak Ada Rencana untuk Rusuh

Kompas.com - 18/10/2014, 07:21 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kehadiran anggota Front Pembela Islam (FPI) dalam setiap kesempatan unjuk rasa telah membentuk kesan tersendiri dalam benak masyarakat, yakni dekat dengan tindak kekerasan serta anarkistis. Apa tanggapan anggota FPI terhadap pandangan negatif tersebut?

"Wartawan suka memberitakan kami yang sebaliknya, padahal enggak ada rencana untuk rusuh," kata Adi, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Sawah Besar FPI, Jakarta, Jumat (17/10/2014).

Adi, yang ditemui dalam unjuk rasa menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di depan Gedung DPRD DKI, mengungkapkan cerita di balik bentrok antara FPI dan aparat pada unjuk rasa pada 3 Oktober lalu. [Baca: FPI dan FUI Tepati Janji Demo Tolak Ahok Setiap Jumat]

Menurut Adi, pemicu bentrok adalah aparat polisi yang tiba-tiba mengagetkan massa. "Mereka dari dalam gerbang dorong-dorong kami. Padahal, menurut aturan enggak boleh kayak begitu, enggak boleh buka pintu gerbang," ucap Adi.

Pada saat itu, kata dia, salah satu pemimpin unjuk rasa FPI tengah mengatur barisan massa. Namun, tindakan polisi itu telah menyulut emosi demonstran sehingga terjadilah bentrokan.

Adi juga membantah bahwa FPI telah menyiapkan senjata yang dipakai untuk unjuk rasa, seperti batu, pedang samurai, dan kotoran sapi. Dia mengaku telah mengecek atribut serta apa-apa saja yang akan dibawa saat unjuk rasa.

"Tidak benar itu (bawa senjata), apalagi pedang, enggak mungkin. Saya sendiri yang periksa anggota sama rekan-rekan, sampai saya periksa tas semuanya kok sudah aman," ucap dia.

Dia mengklaim, memeriksa peralatan sampai ke dalam tas masing-masing anggota sudah menjadi keharusan sebelum unjuk rasa dimulai. Adi pun menekankan sekali lagi bahwa aksi melawan Ahok ini adalah aksi damai, tidak dengan kekerasan.

FPI bersama Forum Umat Islam (FUI) telah berjanji menetapkan unjuk rasa setiap pekannya setelah shalat Jumat. Mereka menentang Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta.

"Kami umat Islam tidak setuju kalau ada orang kafir yang mimpin Jakarta, tolak si Ahok!" kata salah seorang orator dalam unjuk rasa Jumat kemarin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com