Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembatasan Dilakukan karena Tak Bisa Larang Orang Punya Kendaraan

Kompas.com - 09/01/2015, 16:25 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembatasan sepeda motor di sebagian ruas jalan di Jakarta masih menimbulkan pro-kontra di masyarakat. Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Komisaris Besar Martinus Sitompul mengatakan, pembatasan kendaraan memang perlu dilakukan.

"Sekarang pertumbuhan kepemilikan kendaraan dan penambahan jalan tidak sebanding, maka pembatas kendaraan itu perlu," ujar Martinus di Mapolda Metro Jaya, Jumat (9/1/2015).

Martinus menyebutkan, jumlah kepemilikan kendaraan per hari bertambah 5.500-6.000 unit. "Itu berdasarkan data samsat pembuatan surat tanda nomor kendaraan (STNK) dan buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB). Untuk roda empat 1.500 dan roda dua 4.000-4.500," kata dia.

Dengan begitu, dalam setahun peningkatan kendaraan mencapai 12-13 persen. Sedangkan, penambahan jalan hanya 0,01 persen. Alhasil, setiap tahun, jalan-jalan pun bertambah macet karena penambahan volume kendaraan yang tidak sebanding dengan jumlah jalan.

"Karena peningkatan kepemilikan kendaraan tidak bisa dicegah, maka itulah perlu ada pengurangan volume kendaraan di jalan-jalan. Dipilihlah 3 in 1, pelarangan kendaraan di ruas jalan tertentu, nanti juga akan electronic road pricing (ERP)," tutur mantan Kabid Humas Polda Jawa Barat ini.

Selain mengurangi kemacetan, Martinus mengatakan, pembatasan kendaraan juga dapat mengurangi angka kecelakaan. Ia menjelaskan, kecelakaan terjadi karena pelanggaran, sementara kemacetan memicu orang untuk melakukan pelanggaran.

Martinus menjelaskan, pembatasan perlu dilakukan di jalan yang memiliki transportasi umum sudah baik. Oleh karena itu saat ini pembatasan dilakukan di jalan-jalan protokol, meskipun tingkat kecelakaan di jalan-jalan tersebut relatif rendah.

Kendati demikian, ia mengakui pihak kepolisian hanya dapat mendukung aturan tersebut. Penentuan aturan sendiri, lanjut dia, ada di tangan pemerintah, dalam hal ini Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

"Pemerintah itu lebih powerful menekan volume kendaraan-kendaraan ini, kami hanya mendukungnya," kata Martinus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Respons Jukir Liar Saat Ditertibkan, Ada yang Pasrah dan Mengaku Setor ke Ormas

Ragam Respons Jukir Liar Saat Ditertibkan, Ada yang Pasrah dan Mengaku Setor ke Ormas

Megapolitan
Siang Ini, Kondisi Lalu Lintas di Sekitar Pelabuhan Tanjung Priok Tak Lagi Macet

Siang Ini, Kondisi Lalu Lintas di Sekitar Pelabuhan Tanjung Priok Tak Lagi Macet

Megapolitan
Cara Lihat Live Tracking Bus Transjakarta di Google Maps

Cara Lihat Live Tracking Bus Transjakarta di Google Maps

Megapolitan
Larangan 'Study Tour' ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid

Larangan "Study Tour" ke Luar Kota Berisiko Tinggi, Tuai Pro Kontra Orangtua Murid

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, Polisi Sita 49,8 Kg Sabu dari 12 Tersangka

Dalam 5 Bulan, Polisi Sita 49,8 Kg Sabu dari 12 Tersangka

Megapolitan
Casis Bintara Jadi Korban Begal di Kebon Jeruk, Jari Kelingkingnya Nyaris Putus

Casis Bintara Jadi Korban Begal di Kebon Jeruk, Jari Kelingkingnya Nyaris Putus

Megapolitan
Keluarga Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Berencana Bawa Kasus Donasi Palsu ke Polisi

Keluarga Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana Berencana Bawa Kasus Donasi Palsu ke Polisi

Megapolitan
Gagal Tes dan Terluka karena Begal, Casis Bintara Ini Tes Ulang Tahun Depan

Gagal Tes dan Terluka karena Begal, Casis Bintara Ini Tes Ulang Tahun Depan

Megapolitan
Indra Mau Tak Mau Jadi Jukir Liar, Tak Tamat SMP dan Pernah Tertipu Lowongan Kerja

Indra Mau Tak Mau Jadi Jukir Liar, Tak Tamat SMP dan Pernah Tertipu Lowongan Kerja

Megapolitan
Casis Bintara Dibegal Saat Berangkat Psikotes, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Casis Bintara Dibegal Saat Berangkat Psikotes, Sempat Duel hingga Dibacok di Tangan dan Kaki

Megapolitan
Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Potensi Konflik Horizontal di Pilkada Bogor, Bawaslu: Kerawanan Lebih Tinggi dari Pemilu

Megapolitan
Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Polisi Masih Selidiki Penyebab Kematian Pria di Kali Sodong Pulogadung

Megapolitan
Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati 'Pak Ogah' hingga Oknum Polisi

Ladang Uang di Persimpangan Cakung-Cilincing, Dinikmati "Pak Ogah" hingga Oknum Polisi

Megapolitan
Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Jelang Pilkada, Bawaslu Kota Bogor Imbau ASN Jaga Netralitas

Megapolitan
Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang 'Random'

Ada Donasi Palsu Korban Kecelakaan Siswa SMK Lingga Kencana, Keluarga: Kayaknya Orang "Random"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com