Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air di Jakarta Dicuri untuk Dijual Kembali

Kompas.com - 07/03/2015, 16:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Di Jakarta Utara, hingga saat ini tingkat kebocoran air bersih yang dikelola pemerintah masih tinggi. Di luar kebocoran karena pipa rusak, kebocoran akibat pengambilan air secara ilegal/pencurian oleh masyarakat juga besar.

Dampaknya, banyak pelanggan air bersih belum sepenuhnya terlayani dengan baik. Mereka terpaksa memanfaatkan air literan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hampir di setiap wilayah Jakarta Utara, pedagang air eceran mudah ditemui.

Para pencuri itu mengambil air dari pipa-pipa air milik pemerintah. Setelah ditampung dalam kaleng atau drum plastik berukuran tertentu, air itu kemudian dijual kembali kepada masyarakat. Sebagian masyarakat yang menjadi pelanggan PDAM pun menanggung beban dua kali, membayar tagihan sebagai pengguna resmi air PDAM dan mengeluarkan uang lagi untuk membeli air literan curian.

Menurut Kepala Divisi Komunikasi dan CSR PT Palyja Mey-ritha Maryanie, pencurian terbesar pada tahun 2014 lalu terjadi di wilayah Penjaringan.

"Tingkat kebocoran di tahun 2014 mencapai 39,6 persen. Hampir setengah dari jumlah ini karena pencurian. Meski layanan kami di utara Jakarta sedikit, justru penyumbang paling banyak kebocoran," ujarnya.

Padahal, kata Meyritha, berbagai langkah telah dilakukan untuk menekan kebocoran di setiap wilayah. Pengecekan setiap hari dilakukan untuk mencegah pencurian air meluas.

Periksa pipa

Di Jakarta Selatan, meskipun tidak separah di Jakarta Utara, sebagian warganya mengalami krisis air bersih. Aliran air dari layanan PT Palyja kerap berhenti atau mengalir dengan debit kecil, keruh, berbau, dan berlumut.

Pada Rabu (4/3) kemarin, sejumlah petugas memeriksa pipa air bawah tanah untuk mengetahui sumber masalah. Ridwan (40), warga RT 006 RW 011, Kelurahan Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengeluhkan aliran air di rumahnya yang kerap berhenti.

"Kadang aliran air berhenti satu hingga dua hari," kata wiraswastawan itu.

Di bak kamar mandi rumah Ridwan, air berwarna kuning kecoklatan dengan endapan lumut.

Maria (30), ibu rumah tangga, mengeluhkan hal serupa. Ia membayar layanan air bersih Rp 75.000 per bulan. "Namun, volume air kecil dan berbau kaporit," kata warga Jalan Petogogan, RT 008 RW 009, Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, itu.

Karena air itu tidak dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari, Maria membeli air isi ulang dan air mineral untuk minum dan memasak. Setiap bulan dia mengalokasikan anggaran Rp 400.000 untuk kebutuhan konsumsi air bersih.

Merespons banyaknya keluhan masyarakat terkait aliran air, kemarin, sejumlah petugas PT Palyja kembali memeriksa pipa aliran air bawah tanah di Kelurahan Pulo dan Kelurahan Petogogan, Jakarta Selatan. Dengan menggunakan alat deteksi kebocoran pipa, petugas memeriksa kadar helium di dalam pipa air bawah tanah itu. Petugas mengebor dan memeriksa pipa setiap jarak satu meter.

Menurut Heru, kebocoran pipa bawah tanah biasanya terjadi karena sambungan pipa renggang, karatan, atau tekanan di atas pipa terlalu berat. Kebocoran mengakibatkan aliran air kecil. "Biasanya kotoran juga masuk melalui pipa yang bocor," katanya.

Konservasi

Demi menjaga ketersediaan air bersih memadai, Bakrie Land, pengembang kawasan terpadu Bogor Nirwana Residence, menyerahkan areal mata air Cisalada seluas 6.000 meter persegi di Mulyaharja, Bogor Selatan, Bogor.

Sebagai tindak lanjut, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Rabu lalu, bersama legislatif dan Direktur Utama PDAM Tirta Pakuan Untung Kurniadi meninjau lokasi guna menyusun program perlindungan kawasan mata air itu. (JAL/DNA/BRO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kejahatan Seksual Terhadap Anak: Puncak Gunung Es yang Belum Efektif Dicegah

Kasus Kejahatan Seksual Terhadap Anak: Puncak Gunung Es yang Belum Efektif Dicegah

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 31 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 31 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 31 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 31 Mei 2024

Megapolitan
Pengendara Sepeda Motor di Penjaringan Tewas Ditabrak Pengemudi Mobil Lansia

Pengendara Sepeda Motor di Penjaringan Tewas Ditabrak Pengemudi Mobil Lansia

Megapolitan
Mertua yang Diduga Dianiaya Menantu di Jakbar Dilaporkan Balik ke Polisi

Mertua yang Diduga Dianiaya Menantu di Jakbar Dilaporkan Balik ke Polisi

Megapolitan
Perbaikan Lintasan MRT yang Kejatuhan Besi Ribar Proyek Kejagung Habiskan Waktu 5 Jam

Perbaikan Lintasan MRT yang Kejatuhan Besi Ribar Proyek Kejagung Habiskan Waktu 5 Jam

Megapolitan
Cerita Penumpang MRT Saat Detik-detik Besi Ribar Proyek Kejagung Jatuh ke Lintasan Kereta

Cerita Penumpang MRT Saat Detik-detik Besi Ribar Proyek Kejagung Jatuh ke Lintasan Kereta

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 31 Mei 2024, dan Besok : Pagi Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 31 Mei 2024, dan Besok : Pagi Ini Cerah Berawan

Megapolitan
KASN Telusuri Status Cuti Supian Suri Saat Datang ke Kantor PAN

KASN Telusuri Status Cuti Supian Suri Saat Datang ke Kantor PAN

Megapolitan
Soal Duet Keponakan Prabowo dan Kaesang di Pilkada DKI, PSI: Untuk Meramaikan Suasana Saja

Soal Duet Keponakan Prabowo dan Kaesang di Pilkada DKI, PSI: Untuk Meramaikan Suasana Saja

Megapolitan
Besi Ribar yang Jatuh di Lintasan MRT Masih Dievakuasi

Besi Ribar yang Jatuh di Lintasan MRT Masih Dievakuasi

Megapolitan
BNNP DKI Jakarta Musnahkan 3.449,7 Gram Barang Bukti Narkotika

BNNP DKI Jakarta Musnahkan 3.449,7 Gram Barang Bukti Narkotika

Megapolitan
Polisi: Besi Ribar yang Jatuh Mengenai Gerbong Kereta MRT

Polisi: Besi Ribar yang Jatuh Mengenai Gerbong Kereta MRT

Megapolitan
Menantu di Jakbar Diduga Aniaya Mertuanya karena Permasalahan Pembayaran Gaji ART

Menantu di Jakbar Diduga Aniaya Mertuanya karena Permasalahan Pembayaran Gaji ART

Megapolitan
Bandar Narkoba di Pondok Aren Diduga Masih Dalam Pengaruh Sabu Sebelum Tewas Dalam Toren Air

Bandar Narkoba di Pondok Aren Diduga Masih Dalam Pengaruh Sabu Sebelum Tewas Dalam Toren Air

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com