Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelanggaran Dibiarkan, Tumpah-ruah Lapak Batu Akik Padati Jalan

Kompas.com - 06/04/2015, 15:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Ruas Jalan Bekasi Barat 1 yang selama ini dijaga dari parkir liar pun menjadi pasar tumpah. Parkir liar menjamur sepanjang jalan. Akses jalan dari Cipinang ke Jatinegara itu menjadi sulit sekali dilalui karena terhalang mobil pedagang yang menjual batu akik mentah atau masih dalam bentuk bongkahan itu. Lalu lintas juga menjadi kacau karena pembeli lalu lalang di jalan.

Sepanjang Minggu kemarin, kemacetan terjadi lebih dari 500 meter mulai dari Jalan Bekasi Barat, selepas perempatan Cipinang, hingga Jalan Bekasi Barat I. Terutama mobil, untuk melintasi ruas jalan itu, bisa memakan waktu sekitar 30 menit. Kondisi itu semakin parah oleh ulah sopir mikrolet yang mangkal di pinggir jalan untuk menarik penumpang.

Di tengah keramaian aktivitas jual beli dan kemacetan panjang, tak tampak satu pun petugas kepolisian ataupun petugas lalu lintas dari Dinas Perhubungan DKI menertibkan para pedagang. Petugas seakan membiarkan saja kekacauan di ruas Jalan Bekasi Barat I tanpa ada sedikit pun upaya pengaturan lalu lintas.

Saat dikonfirmasi lewat pesan singkat di telepon seluler, Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur Bernard OP menyampaikan, pihaknya dalam waktu dekat akan mengadakan pembenahan kemacetan di kawasan sekitar Jakarta Gems Center atau pusat batu akik di Rawabening itu.

”Kami sudah memprogramkan itu dengan menggandeng sejumlah pihak terkait, seperti kepolisian,” ujarnya.

Laris manis

Popularitas batu akik memang sedang naik. Desti (36) sudah lebih dari sebulan ini mendatangkan batu akik dari kampungnya di Bengkulu, Sumatera, dan menjualnya di pinggir Jalan Bekasi Barat I. Batu akik itu diangkut menggunakan mobil minibus miliknya.

”Suami yang mengendarai mobil dari Bengkulu ke Jakarta. Batu akik ditaruh di bagian belakang mobil. Saya juga bawa satu anak balita saya,” tutur Desti, yang membawa sekitar 1 kuintal batu akik mentah.

Pedagang lainnya, Oding (23), dipasok bos batu akiknya dari Kebumen, Jawa Tengah, setiap 2-3 hari sekali. Namun, sekarang pasokan agak seret karena penambangan batu akik di Desa Kalirejo, Kebumen, sudah ditutup pemerintah setempat.

Baik Desti maupun Oding mengatakan memperoleh keuntungan yang lumayan dari penjualan batu akik. Setiap 1 kilogram batu akik mentah dijual Rp 200.000-Rp 250.000. Dalam tiga hari mereka bisa menjual 2-3 kuintal batu akik.

”Pembeli sudah tak memburu batu akik bacan lagi, melainkan batu yang memiliki corak. Harganya terjangkau,” kata Oding.

Pungutan rutin

Para pedagang batu akik tidak masalah membayar parkir dan uang keamanan kepada preman setempat agar aktivitas mereka lancar. Bahkan, mereka menyebut ada oknum aparat berseragam yang turut mendapatkan jatah. Desti, misalnya, setiap hari membayar Rp 150.000 untuk parkir mobil dan Rp 50.000 untuk kebersihan dan keamanan.

Dengan muatan batu akik lebih banyak, Majid (56) dan bosnya, Wawan, membayar parkir Rp 150.000, uang koordinasi Rp 200.000, dan sampah Rp 10.000. Ditambah lagi, ada setoran keamanan Rp 50.000.

Parkir kendaraan pengunjung pun dipatok mahal. Untuk lima menit parkir saja pengunjung harus membayar Rp 4.000 untuk satu sepeda motor.

Meski beberapa petugas parkir menggunakan seragam resmi, beberapa petugas tidak menggunakan seragam dan tanda pengenal. Mereka menghindar ketika dimintai tanggapan terkait ketetapan tarif parkir yang diberlakukan.

Seorang pengendara yang melintas di Jalan Bekasi 1, Wawan (24), meminta agar ada tindakan tegas agar okupasi jalan tidak terus terjadi. ”Kalau dibiarkan, semua badan jalan bisa tertutup oleh pedagang,” ucapnya. (MDN/B07)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 April 2015, di halaman 26 dengan judul "Pengelolaan Jalan Kacau-balau".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com