Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Menilang dalam Operasi Simpatik, Polisi Didebat Pengendara

Kompas.com - 07/04/2015, 16:49 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam Operasi Simpatik 2015, kepolisian tidak akan menilang pengendara yang melanggar aturan lalu lintas. Namun, perilaku itu justru memicu pengguna jalan untuk bersikap melawan.

"Ada yang ketika ditegur malah ada berdebatan ke polisi, bilangnya, 'bukannya tidak akan ditilang, Pak'. Padahal memang hanya ditegur," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Martinus Sitompul di Jakarta, Selasa (7/4/2015).

Menurut Martinus, hal itu menunjukkan informasi polisi tidak akan menilang pelanggar aturan lalu lintas sudah tersebar luas di masyarakat. Martinus justru mengapresiasi hal tersebut.

Sebab, pendekatan persuasif merupakan cara yang lebih dini daripada penegakan hukum. Harapannya, ketika polisi melakukan pendekatan persuasif, pengguna jalan justru semakin taat peraturan.

"Memang operasi simpatik ini bertujuan supaya warga semakin sadar aturan berlalu lintas," kata dia.

Martinus menjelaskan, fokus operasi simpatik ini adalah untuk menertibkan lawan arus, marka jalan, dan kanalisasi kendaraan.

Dalam praktiknya, beberapa inovasi dilakukan polisi untuk melakukan pendekatan persuasif, seperti membagikan helm kepada pengendara yang taat lalu lintas atau membayar pajak tanpa calo.

Sebelumnya, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono mengatakan, operasi yang berkaitan dengan penertiban pengguna jalan biasanya berkaitan dengan penilangan.

Namun, karena ini adalah operasi simpatik, maka polisi tidak akan menilang pelanggar. "Ini karena kedepankan persuasif simpatik, manakala ada pelanggaran kita tegur," ucap Unggung di Mapolda Metro Jaya, Rabu (1/4/2015) lalu.

Berdasarkan data Polda Metro Jaya, lima hari sebelum operasi simpatik, jumlah penilangan mencapai 24.469 dalam sehari. Dan kini begitu operasi simpatik, jumlah penilangan selama lima hari jadi tak ada. 

Hal ini berbeda dengan operasi simpatik pada 2014 lalu. Tahun lalu, polisi tetap menilang untuk pelanggaran-pelanggaran yang keterlaluan.

Karena itu, di tahun 2014, berdasarkan data Polda Metro Jaya, selama lima hari operasi simpatik ada sebanyak 5.392 pelanggar ditilang. Operasi simpatik berlangsung mulai 1 April 2015 dan berakhir pada 21 April 2015. Operasi ini menghabiskan dana Rp 3,6 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Diisukan Bakal Dipindah ke Nusakambangan, Pegi Perong Tiap Malam Menangis

Megapolitan
Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Juru Parkir Liar di JIS Bikin Resah Masyarakat, Polisi Siap Menindak

Megapolitan
Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Pegi Perong Bakal Ajukan Praperadilan Atas Penetapannya sebagai Tersangka di Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Viral Tukang Ayam Goreng di Jakbar Diperas dengan Modus Tukar Uang Receh, Polisi Cek TKP

Megapolitan
Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Peremajaan IPA Buaran Berlangsung, Pelanggan Diimbau Tampung Air untuk Antisipasi

Megapolitan
Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Jaksel Peringkat Ke-2 Kota dengan SDM Paling Maju, Wali Kota: Ini Keberhasilan Warga

Megapolitan
Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Gara-gara Mayat Dalam Toren, Sutrisno Tak Bisa Tidur 2 Hari dan Kini Mengungsi di Rumah Mertua

Megapolitan
Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Imbas Penemuan Mayat Dalam Toren, Keluarga Sutrisno Langsung Ganti Pipa dan Bak Mandi

Megapolitan
3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

3 Pemuda di Jakut Curi Spion Mobil Fortuner dan Land Cruiser, Nekat Masuk Halaman Rumah Warga

Megapolitan
Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Seorang Wanita Kecopetan di Bus Transjakarta Arah Palmerah, Ponsel Senilai Rp 19 Juta Raib

Megapolitan
3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

3 Pemuda Maling Spion Mobil di 9 Titik Jakut, Hasilnya untuk Kebutuhan Harian dan Narkoba

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Tiga Pencuri Spion Mobil di Jakarta Utara Ditembak Polisi

Megapolitan
Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Terungkapnya Bisnis Video Porno Anak di Telegram: Pelaku Jual Ribuan Konten dan Untung Ratusan Juta Rupiah

Megapolitan
Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Rugi Hampir Rp 3 Miliar karena Dugaan Penipuan, Pria di Jaktim Kehilangan Rumah dan Kendaraan

Megapolitan
Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa 'Debt Collector' yang Berkali-kali 'Mangkal' di Wilayahnya

Geramnya Ketua RW di Cilincing, Usir Paksa "Debt Collector" yang Berkali-kali "Mangkal" di Wilayahnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com