Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajar Miskin dari Kawasan Penyangga Tidak Diperkenankan Dapat KJP

Kompas.com - 17/05/2015, 08:39 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski bersekolah di Jakarta, pelajar dari keluarga tidak mampu yang berasal dari keluarga yang tidak berdomisili di Jakarta dianggap tidak berhak mendapatkan bantuan dana program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Para pelajar dari kalangan ini menjadi salah satu pihak yang bantuannya KJP-nya mengalami pembatalan.

Kepala Sub Bagian UPT Pusat Perencanaan dan Pendanaan Pendidikan Personal dan Operasional Dinas Pendidikan DKI Jakarta Susie Nurhati mengatakan, sebelum dilakukannnya verifikasi ulang, pihaknya menemukan banyaknya pelajar dari keluarga yang berdomisili di wilayah penyangga ibu kota yang mendapatkan KJP.

"Misalnya siswa yang rumahnya di Bekasi, tapi bersekolah di Kalimalang. Atau siswa yang rumahnya di Ciledug (Tangerang), sekolahnya di Joglo. Itu harusnya tidak bisa dapat KJP karena KJP ini diperuntukan untuk penduduk DKI yang punya KTP DKI," kata Susie, Sabtu (16/5/2015).

Saat dilakukannya verifikasi terhadap pelajar calon penerima KJP, kata Susie, pihak Dinas Pendidikan mendapatkan bantuan dari pihak sekolah. Merekalah yang menilai laik atau tidaknya seorang pelajar menerima KJP.

"Perekrutan calon peserta KJP melalui sekolah karena sekolah yang paling tahu mana saja siswa yang butuh. Verifikasi awal dari pihak sekolah kemudian dikirim online ke seksi pendidikan di kecamatan, lalu ke suku dinas pendidikan, baru ke kita di dinas. Jadi berjenjang," ujar Susie.

Susie menjelaskan, pada tahun ini jumlah total keseluruhan penerima KJP ada sekitar 489.150 orang, yang mencakup para pelajar dari tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK. Para pelajar ini akan mendapatkan KJP dengan nilai bervariasi sesuai dengan level pendidikannya.

Namun, kata Susie, jumlah tersebut kemungkinan bisa mengalami perubahan pada Juli mendatang. Sebab pada bulan tersebut rencananya akan dilakukan pendataan ulang sehubungan dengan terjadinya tahun ajaran baru.

"Kalau tahun lalu cuma satu kali pendataan, sekarang dua kali pendataan. Bulan Juli ada pendataan ulang buat siswa kelas 1 SD yang baru masuk dan siswa SD yang baru lulus atau pindah ke SMP," ucap dia.

Seperti diberitakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memangkas anggaran dari semula Rp 3 triliin menjadi hanya Rp 2,4 triliun. Pemangkasan dilakukan setelah dari verifikasi ulang ditemukan penyaluran dana KJP yang tidak tepat sasaran. Selain pelajar yang berasal dari keluarga yang tidak berdomisili di Jakarta, pencoretan juga dilakukan terhadap siswa yang menjadi penerima ganda; dan siswa penerima yang berasal dari keluarga mampu.

"Masyarakat harus jujur dong. Kalau sudah terima KJP, harusnya jangan terima double. Ini kan kejujuran. Dan seharusnya kan yang menerima KJP itu orang yang tidak mampu. Tapi setelah dilakukan verifikasi secara berulang dan perketat, ada yang mampu, orangtuanya memiliki mobil, tapi dapat KJP," kata Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Heru Budi Hartono, Kamis (14/5/2015).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Massa Buruh Nyalakan 'Flare' dan Kibarkan Bendera di Monas

Massa Buruh Nyalakan "Flare" dan Kibarkan Bendera di Monas

Megapolitan
Ribuan Buruh Ikut Aksi 'May Day', Jalanan Jadi 'Lautan' Oranye

Ribuan Buruh Ikut Aksi "May Day", Jalanan Jadi "Lautan" Oranye

Megapolitan
Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Bahas Diskriminasi di Dunia Kerja pada Hari Buruh, Aliansi Perempuan: Muka Jelek, Eh Tidak Diterima...

Megapolitan
Ribuan Polisi Amankan Aksi 'May Day', Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Ribuan Polisi Amankan Aksi "May Day", Kapolres: Tidak Bersenjata Api untuk Layani Buruh

Megapolitan
Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Korban Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan, Jasad Mengapung 2,5 Kilometer dari Titik Kejadian

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com