Menurut Naiman, dia sempat mengeluhkan kondisi nasi yang dimasak istrinya, yang menurut dia, agak berbeda dari biasanya. Namun, keluarganya tidak terlalu memperhatikan perbedaan nasi setelah dimasak. Terlebih saat mengetahui bahwa istrinya menyiapkan lauk kesukaannya, yaitu sayur asem dan tempe.
"Kalau makannya pakai sayur asem, tidak terlalu beda rasanya. Cuma konturnya saja lebih alot," ujar Naiman.
Saat disajikan dalam keadaan panas, keluarganya tidak terlalu memperhatikan bentuk nasi hasil olahan beras plastik tersebut. Selain itu, aromanya juga tidak terlalu tercium.
"Tapi kalau sudah dingin, baru kelihatan. Nasi dari beras asli memisahkan diri dari nasi plastik yang menggumpal," kata dia.
Setelah memakan itu, Naiman dan keluarganya mendadak lemas. Hal itu dirasakannya selama tiga hari berturut-turut.
"Hari pertama saya terpaksa tidak masuk kerja karena mendadak lemas, pusing, dan mulas. Hari berikutnya masih sama, tapi saya paksakan untuk kerja. Barulah hari keempat sudah mulai berkurang gejala tadi. Itu pun setelah berobat," tutur ayah tiga anak tersebut.
Salah satu anaknya, Nenti, sempat merasa mual, tetapi tidak sempat mengeluarkan muntahnya. Dia langsung diberi minum susu agar menetralisasi rasa mualnya.
"Semuanya juga sudah minum susu. Tapi saya, istri, dan anak saya Nita, mungkin makannya paling banyak. Jadi tidak cukup cuma minum susu saja. Makanya, kita pergi ke klinik," ujar Naiman.
Sebelumnya, Naiman mendapatkan beras plastik tersebut dari warga perumahan Depok Jaya, Sabtu (16/5/2015) lalu. Seusai mengonsumsi beras plastik yang telah diolah tersebut, Naiman dan keluarganya mengalami gejala keracunan hingga harus ditangani pihak medis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.