Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, Merekalah Pelaku yang Sering Menimpuki KRL dengan Batu

Kompas.com - 15/02/2016, 07:31 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Cerita mengenai penimpukan batu terhadap KRL bukan merupakan hal yang baru.

Manajer Komunikasi PT KAI Commuter Jakarta Eva Choirunissa mengatakan, dalam satu bulan, setidaknya ada empat kasus peristiwa penimpukan terhadap KRL yang sedang melintas.

"Wilayah kami ini cukup terbuka dan berdekatan dengan perumahan dan berbagai sekolah sehingga sering terjadi penimpukan KRL," ujar Eva di Stasiun Jakarta Kota, Minggu (14/2/2016).

Eva mengatakan, hal ini sangat berbahaya karena bisa mengenai masinis dan penumpang. Dalam beberapa kasus, penimpukan itu pernah menyebabkan salah seorang penumpang menjadi buta.

Selain itu, penimpukan bisa membuat kereta rusak dan berhenti beroperasi sementara.

"Akhirnya jumlah perjalanan kereta berkurang karena ada kereta yang masuk dipo untuk diperbaiki," ujar Eva.

Pelaku penimpukan tidak pernah orang dewasa

Sebenarnya, siapa pelaku penimpukan KRL sebenarnya?

Eva mengatakan, setelah ditelusuri, penimpukan itu tidak pernah dilakukan oleh orang dewasa. Pelakunya justru anak-anak sekolah dasar yang sekolahnya berdekatan dengan pelintasan kereta.

"Semuanya sekitar kelas III SD sampai VI SD," ujar Eva.

Alasan anak-anak menimpuk itu pun tidak pernah negatif. Maksudnya, anak-anak tidak pernah menimpuk untuk sengaja membuat perjalanan kereta menjadi terhambat.

"Selama ini belum pernah ada yang memang sengaja merusak perjalanan kereta. Anak-anak ini mayoritas melakukan hal itu hanya iseng-iseng saja. Mereka pulang sekolah, lewat samping rel, ada kereta lalu ditimpuk," ujar Eva.

Solusi

Eva mengatakan, hal ini tidak mungkin dibiarkan begitu saja tanpa solusi. PT KCJ sudah memikirkan cara-cara agar penimpukan kereta tidak lagi terjadi.

Caranya, PT KCJ melakukan sosialisasi kepada sekolah-sekolah yang dekat dengan pelintasan kereta.

"Kalau dalam waktu dekat ini, sekolah yang akan disosialisasi adalah yang berada di dekat lintas Parung Panjang," ujar Eva.

Kemarin, PT KCJ mengambil uang Rp 100 di setiap transaksi yang menggunakan kartu multitrip. Uang tersebut akan dibelikan perlengkapan sekolah dan didonasikan kepada anak sekolah yang kurang mampu.

Eva mengatakan, pemberian donasi itu akan dilakukan bersamaan dengan sosialisasi di sekolah-sekolah yang muridnya sering melakukan penimpukan.

"Kami edukasi siswanya sekaligus kami beri bantuan ke siswa yang kurang mampu di sana," ujar Eva.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK KTP Bakal Dijadikan Nomor SIM Mulai 2025, Korlantas Polri: Agar Jadi Satu Data dan Memudahkan

NIK KTP Bakal Dijadikan Nomor SIM Mulai 2025, Korlantas Polri: Agar Jadi Satu Data dan Memudahkan

Megapolitan
8 Tempat Makan dengan Playground di Jakarta

8 Tempat Makan dengan Playground di Jakarta

Megapolitan
Pegi Bantah Jadi Otak Pembunuhan, Kuasa Hukum Keluarga Vina: Itu Hak Dia untuk Berbicara

Pegi Bantah Jadi Otak Pembunuhan, Kuasa Hukum Keluarga Vina: Itu Hak Dia untuk Berbicara

Megapolitan
Polisi Tangkap Pria Paruh Baya Pemerkosa Anak Disabilitas di Kemayoran

Polisi Tangkap Pria Paruh Baya Pemerkosa Anak Disabilitas di Kemayoran

Megapolitan
Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Pengamat: Jika Ahok Diperintahkan PDI-P Maju Pilkada Sumut, Suka Tak Suka Harus Nurut

Megapolitan
Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Dalam Toren Air di Pondok Aren

Megapolitan
Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Polisi Dalami Keterlibatan Caleg PKS yang Bisnis Sabu di Aceh dengan Fredy Pratama

Megapolitan
Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Temui Komnas HAM, Kuasa Hukum Sebut Keluarga Vina Trauma Berat

Megapolitan
NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

NIK KTP Bakal Jadi Nomor SIM Mulai 2025

Megapolitan
Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Polisi Buru Penyuplai Sabu untuk Caleg PKS di Aceh

Megapolitan
Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Tiang Keropos di Cilodong Depok Sudah Bertahun-tahun, Warga Belum Melapor

Megapolitan
Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Polri Berencana Luncurkan SIM C2 Tahun Depan

Megapolitan
Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Caleg PKS Terjerat Kasus Narkoba di Aceh, Kabur dan Tinggalkan Istri yang Hamil

Megapolitan
'Call Center' Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

"Call Center" Posko PPDB Tak Bisa Dihubungi, Disdik DKI: Mohon Maaf, Jelek Menurut Saya

Megapolitan
Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Polisi: Ada Oknum Pengacara yang Pakai Pelat Palsu DPR

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com