Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Teman Ahok dan "Teman Ahok"

Kompas.com - 28/03/2016, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Jarang melihat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tampil di televisi dalam posisi duduk. Apalagi, saat duduk memberi keterangan, Ahok dikelilingi “orang-orang asing” berseragam yang tidak terlihat mukanya.

Hal yang lebih sering atau biasa kita jumpai di televisi adalah Ahok yang berdiri. Kadang, Ahok berdiri sendiri terutama saat memberi instruksi. Karena itu, mendapati Ahok tampil di televisi dengan kebiasaan yang seperti diingkari ini memunculkan pertanyaan.

Ada apa gerangan?

Hal jarang terkait Ahok itu muncul di televisi, Sabtu (26/3/2016) lalu. Di tengah long weekend yang dirayakan warga perkotaan dengan meninggalkan kotanya itu, Ahok mendatangai Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Jakarta.

Mengenakan jaket putih bertuliskan Hanura di dada kiri yang diberikan sebelum acara, Ahok memberi keterangan. Keterangan disampaikan setelah didapat kepastian dukungan Partai Hanura untuk Ahok maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta di Pemilihan Gubernur tahun 2017.

Sebelum memberi keterangan, Ahok bertemu dengan Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura. Wiranto, mantan Panglima TNI yang pernah menjadi calon presiden tahun 2004 dan calon wakil presiden tahun 2009 ini hadir pada rapat pimpinan Hanura DKI Jakarta pada 24 Maret 2016.

Di rapat yang dihadiri Wiranto itu, diputuskan dukungan Hanura yang memiliki 10 suara di DPRD Jakarta kepada Ahok yang kemudian dibacakan, Sabtu lalu. Usai pembacaan dukungan itu, lewat keterangan yang disiarkan sejumlah televisi, Ahok tampil berbeda.

Selain soal jaket yang di dada kirinya tertera gambar partai politik, hal bebeda dari Ahok adalah nada suaranya. Saat duduk memberi keterangan, Ahok jauh dari meledak-ledak dan kesan galak. Amat jarang mendapati Ahok seperti ini kecuali di hadapan Najwa Shihab.

Kesan yang singgah di benak banyak orang tentang Ahok yang galak dan arogan tidak tertemukan. Ahok yang kita jumpai dalam balutan jaket partai politik adalah Ahok yang sopan.

Mengenai kesan tidak sopan yang singgah di benak banyak orang, diungkap Ahok dalam keterangan itu. Menurut Ahok, kesan tidak sopan seperti galak itu cuma ada di televisi. Selebihnya, Ahok yang bangga pernah menjadi anggota DPR-RI ini mengaku baik-baik saja alias tidak galak apalagi arogan.

Kurnia Sari Aziza Bakal calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama ketika memberikan keterangan kepada wartawan bersama Ketua DPD Hanura DKI Jakarta Mohamad "Ongen" Sangaji (kanan Basuki). Partai Hanura mendeklarasikan dukungannya kepada Basuki pada Pilkada DKI 2017, di Kantor DPP Hanura, Jakarta Pusat, Sabtu (26/3/2016).
Lentur dan liat

Terkait hal yang cuma ada di televisi itu, saya teringat debat panas di televisi antara dua pengurus partai politik yang berseberangan untuk sebuah kebijakan. Usai debat yang menarik urat leher dan disiarkan langsung di televisi, dua pengurus partai politik itu bersalaman.

Sambil bersalaman, salah satu politisi itu bertanya tentang aktingnya baru saja. Politisi satu lagi mengacungkan jempol dan bertanya hal serupa. Keduanya lantas tersenyum. Melegakan bagi saya yang menyaksikan.

Kelegaan yang awalnya saya lihat sebagai sebuah keajaiban ini menjadi bekal bagi saya untuk tetap rileks ketika melihat polah partai politik dan para pendukungnya. Politik lantas saya pahami sebagai sesuatu yang lentur dan liat.

Dalam kelenturan dan keliatan ini, mendapati mengalirnya dukungan partai politik kepada Ahok adalah hal yang lumrah saja. Apalagi, ini soal kekuasaan dan hal-hal yang akan mengikutinya ketika kekuasaan benar-benar ada di genggaman. Setelah Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dan disusul Partai Hanura, beberapa partai politik akan bersuara. Ahok sudah menyebut beberapa di antaranya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com